Agam Turky FC, Klub Tarkam dengan Pemain Asing di Liga Indonesia
TIAP kali ikut turnamen, Agam Erdogan cuma menyiapkan uang makan Rp 50 ribu sekali tanding dan transportasi.
Semua berkat kedekatan personal, dari fans-idola ke teman nongkrong.
Bisnis Agam Erdogan hanya berupa sebuah toko kosmetik di Tangerang. Itu pun akhirnya harus tutup akibat pandemi Covid-19.
Jadi, jelas Agam bukan versi Indonesia dari Roman Abramovich atau Sheikh Mansour, triliuner-triliuner yang mengubah peruntungan Chelsea dan Manchester City.
Meski yang dilakukan Agam di Agam Turky FC membuat banyak yang menganggap dia tipe orang bergelimang uang.
Agam Turky FC hanyalah klub yang biasa beraksi di berbagai turnamen tarkam (antarkampung) di sekitaran Tangerang. Tapi, lihatlah deretan pemainnya.
Bertabur bintang asing yang kenyang pengalaman merumput di Liga Indonesia. Ada Cristian Carrasco dan Ronald Fagundez, misalnya.
Dua pemain asal Cile dan Uruguay itu pernah merasakan gelar Liga Indonesia bersama Persebaya Surabaya dan Persik Kediri.
Juga mantan penggawa Persija Jakarta asal Paraguay, Silvio Escobar. Serta Bruno Casimir asal Kamerun yang pernah merumput bersama Arema Indonesia.
Kenal berkat rajin minta foto seusai latihan
Modal utama Agam menggaet nama-nama besar itu adalah kedekatan.
“Saya dulu awalnya suka nonton mereka main bola di Liga Indonesia. Selesai pertandingan atau latihan suka minta foto-foto,” kenang Agam kepada Jawa Pos.
Saking seringnya, pemain seperti Fagundez dan Carrasco lambat laun kenal. Mereka kemudian tukar kontak dan sering komunikasi.
“Akhirnya sering nongkrong ngopi bersama, jadi teman,” lanjut pria asal Aceh yang tinggal di kawasan Kosambi, Tangerang, itu.
Agam lupa tepatnya kapan, yang jelas sebelum 2015, dirinya berniat mendirikan klub futsal.
Namanya Agam Turky FC. Agam diambil dari namanya, Turky diambil dari Turki karena dia keturunan negara yang wilayahnya ada di Eropa dan Asia tersebut.
Niat awalnya dulu hanya ingin dia bisa main bola. “Kan tidak seberapa bisa main bola. Kalau punya klub sendiri kan bisa main seenaknya hehehe,” paparnya, lantas tertawa.
Pelatihnya saat itu Esteban Busto. Relasi yang terjalin dengan mantan asisten pelatih Persebaya itu sama seperti relasi dengan Fagundez dan Carrasco. Dari fans-idola, lalu jadi teman nongkrong.
Busto bersedia melatih karena memang ingin mendapat pengalaman.
Agam tak perlu merogoh kantong untuk membayar pria 38 tahun itu. Dia mengaku hanya mengeluarkan uang makan dan transportasi.
“Intinya karena hobi dia (Busto) mau. Passion di sepak bola,” ungkapnya.