POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pandemi Covid-19 telah memukul sejumlah sektor. Bukan hanya ekonomi, sosial atau kesehatan. Tapi juga berdampak pada perubahan prilaku khususnya dibidang ekonomi. Transformasi digital dinilai menjadi peluang sebagai upaya pemulihan ekonomi, mengingat perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat.
Hal itu terungkap dalam acara seminar bertema ‘Transformasi Ekonomi: Momentum Menuju Indonesia Maju dan Unggul’ yang diselenggarakan Universitas Islam Bandung (Unisba) bekerja sama dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Kamis, (5/11/2020).
Rektor Unisba, Edi Setiadi mengatakan, sesuai dengan anjuran Presiden, Joko Widodo pada sidang MPR tanggal 20 Oktober 2019 dimana siapapun harus bertransformasi dari ketergantungan pada Sumber Daya Alam (SDA), menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa, demi kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Edi mengungkapkan, untuk mewujudkan hal tersebut tentu pemerintah telah banyak melakukan berbagai upaya, misalnya konsisten terhadap peta jalan yang sudah dibuat, peningkatan sektor manufaktur yang menghasilkan produk berorientasi ekspor, dan transformasi ekonomi yang merupakan suatu keniscayaan ditengah kondisi global yang tengah mengalami ketidakpastian akibat kompetisi yang semakin tajam, perang dagang negara super power dan kebijakan moneter yang berpengaruh kepada negara lain.
“Menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan konfigurasi strategi yang tepat sasaran, salah satunya adanya kepastian hukum dalam bidang perekonomian,” ucap Edi dalam sambutan.
Ia memaparkan, salah satu hasil pemikiran tersebut adalah terbitnya undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja. Saat ini, sambung Edi, tinggal kerja keras berbagai pihak untuk menyosialisasikan undang-undang tersebut supaya tidak terjadi penolakan.
“Pemerintah harus bisa meyakinkan bahwa undang-undang ini akan membawa Indonesia ke arah cita-cita yang diinginkan sesuai dengan pembukaan UUD 45 yaitu keadilan soaisal bagi seluruh rakyat Indonesia,” tandasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia dapat memanfaatkan pandemi Covid-19 sebagai momentum percepatan transformasi digital. Pasalnya, Indonesia memiliki modal awal yang kuat, seperti struktur demografi serta kualitas infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang semakin meningkat.
“Selain transformasi digital, juga bisa melakukan transformasi ekonomi yang bertujuan untuk mempercepat perizinan, menyederhanakan birokrasi, serta reformasi regulasi. Indonesia harus mengambil manfaat dari krisis ini,” tuturnya.
Menurut Airlangga, perkembangan teknologi telah mendorong transformasi ekonomi Indonesia menjadi digital, terutama di masa pandemi Covid-19.
Ini menjadi momentum bagi percepatan transformasi digital, terutama akselerasi pada industri 4.0 dengan UMKM berbasis platform digital.
“Pemerintah juga memberikan dukungan di berbagai program, sehingga mampu mendorong UMKM terus bergerak. Hal ini dilakukan guna menguatkan fondasi perekonomian untuk pembangunan berkelanjutan. Transformasi digital ini mempunyai potensi karena 180 juta masyarakat Indonesia adalah pengguna internet aktif, yakni sekitar 56 persen,” paparnya.
Disisi lain, kata Airlangga, penanganan ekonomi di masa pandemi, Indonesia bisa dibilang lebih baik ketimbang negara-negara tetangga. Misalnya, Malaysia mengalami kontraksi hingga minus 17 persen, Singapura, minus 13 persen, Filipina minus 16 persen dan India minus 23,9 persen.
“Penanganan pandemi di Indonesia yang berdampak pada ekonomi masih lebih baik ketimbang negara tetangga,” pungkasnya.
