RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Masih terbatasnya mobilitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19, membutuhkan inovasi-inovasi baru, termasuk dalam hal pelayanan perbankan. Di masa pandemi, masyarakat tetap membutuhkan layanan perbankan yang lazimnya bisa diakses secara konvensional saat sebelum pandemi.
Perbankan digital (digital banking) adalah jawaban bagi kebutuhan layanan perbankan masyarakat yang di masa pandemi mengalami keterbatasan mobilitas. Pemerhati teknologi informasi digital yang sekaligus Chief Digital Startup, E-Commerce (DEF) Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Nur Javad Islami, membenarkan hal tersebut.
“Pandemi mempercepat terciptanya ekosistem digital di Indonesia. Masyarakat kian banyak memanfatkan layanan perbankan digital. Tak terkecuali untuk platform digital payment,” tutur pria yang biasa dipanggil Jeff ini saat dihubungi Radar Bandung, Rabu (18/11). Situasi pandemi memunculkan kekhawatiran penularan virus Covid-19 melalui transaksi tunai sehingga orang memilih bertransaksi dengan digital payment.
Menariknya, sambunt Jeff, tak hanya sebagai alat transaksi di ritel modern, layanan perbankan digital ini mulai banyak diakses oleh warung maupun pedagag pasar tradisional. Jeff lantas mengungkapkan hasil survey yang dilakukan Sharing Vision di 35 pasar tradisional di Bandung Raya pada Juni lalu.
Menurutnya, sebanyak 58 persen responden menggunakan layanan mobile banking yakni mengakses layanan digital payment. Layanan digital payment di masa pandemi dikatakan Jeff cenderung terus meningkat seiring berubahnya kebiasaan masyarakat dari belanja konvensional ke belanja melalui daring. Bahkan, sambung Jeff, masih dari hasil survey, 83 persen pedagang di pasar tradisional mulai melayani penjualan secara daring.
Berubahnya kebiasaan ini berimbas positif terhadap meningkatnya transaksi digital payment. Menurut Jeff, pada periode Januari-Maret, transaksi digital payment terus mengalami peningkatan hingga naik 19%-84,4%, termasuk juga layanan e-money.