News

Situ Citere Pengalengan Kini Kembali Tergenang

Radar Bandung - 04/12/2020, 12:41 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id. BANDUNG- Persoalan lingkungan saat ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat dan daerah seiring dengan bermunculan lahan-lahan kritis akibat dari ulah manusia juga yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Saat musim kemarau muncul bencana kekeringan di berbagai daerah, namun disaat hadir musim hujan timbul bencana banjir bahkan longsor yang tidak hanya menimbulkan kerugian materi saja tetapi juga korban jiwa dan luka.

Perbaikan lingkungan menjadi salah satu upaya untuk mengatasi persoalan bencana. Namun tidak bisa semua itu diserahkan kepada pemerintah sepenuhnya, peran serta sektor usaha dan masyarakat menjadi kunci agar persoalan lingkungna dapat dituntaskan.

Berangkat dari keprihatinan itu sekelompok anak-anak muda yang tergabung dalam kelompok Pecinta Alam Penelusur Belantara Tapak Tiara tergerak untuk melestarikan lahan-lahan kritis di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dalam mewujudkan rencana itu, Tapak Tiara menggandeng perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited (SEGWWL) yang beroperasi di kawasan Pangalengan untuk merestorasi Leuweung Citere.

Menurut Ketua Garis Besar Program Kegiatan Pencinta Alam Penelusur Belantara Tapak Tiara, Dedi Ruhiyat saat pertama kali masuk ke Leuweung Citere pada September 2017 kondisi di lapangan tidak bisa disebut hutan. Meskipun masyarakat setempat menamakannya sebagai leuweung yang dalam Sunda berarti hutan. Namun yang terlihat hanyalah hamparan padang rumput yang saat kemarau terlihat gersang.

Bahkan di dalam Leuweung Citere tersebut terdapat situ (danau) yang  kondisi airnya sudah mengering padahal kawasan itu merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat Jawa Barat dengan adanya PDAM Tirta Raharja di kawasan tersebut.

Setelah melihat kondisi dilapangan, tanpa pikir panjang Dedi bersama rekan-rekannya menyusun program untuk disampaikan kepada Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited (SEGWWL) yang ternyata mendapat dukungan penuh sehingga dibuatlah program restorasi yang dinamakan Cinta Bakti Lestari.

Butuh waktu tiga tahun bagi Dedi dan rekan-rekannya untuk merestorasi area konservasi seluas 1,4 hektare yang berlokasi di lahan milik PTPN VIII Kertamanah sehingga akhirnya situ yang semula kering tersebut kini kembali berair.

Dedi menjelaskan, bekerja sama dengan masyarakat di Desa Margamukti dan komunitas sekitar seperti Karang Taruna, Pramuka, siswa sekolah melakukan penanaman bibit pohon sekaligus memelihara lingkungan di sekitar kawasan.

“Saat ini sudah ada 28 komunitas yang terlibat untuk memelihara lingkungan di Citere,” ujar Dedi.

Sampai saat ini, jelas Dedi, di Leuweung Citere telah ditanami 1.240 pohon dengan tinggi rata-rata 2 meter. Upaya tersebut membuahkan hasil, sebanyak 19 mata air yang selama ini kering kini kembali mengeluarkan air sehingga situ tersebut kini penuh dengan air.

“Kira-kira separoh dari luas lahan yang kita kelola (1,4 hektare) sudah terisi kembali, padahal awalnya saat kemarau situ tersebut tidak ada airnya,” kata Dedi.

Rupanya kerja keras yang diraih Dedi bersama-sama rekannya itu dinilai sukses, sehingga program Citra Bakti Lestari diperluas untuk menggarap kawasan konservasi Citiis yang berlokasi di petak 72 Perhutani yang masih berlokasi di selatan Bandung.

Sama halnya di Leuweu Citere, di Citiis juga terdapat situ yang sudah mengering. Namun berkat program restorasi secara berkesinambungan saat ini sudah empat mata air yang kembali mengeluarkan air.

Mengingat programnya masih baru kapasitasnya masih kecil yakni 4 liter per detik, berbeda dengan di Citere yang saat ini menghasilkan 50 liter per detik, sedangkan saat kemarau sebanyak 30 liter per detik.

Dedi mengatakan,  bersama rekan-rekannya sesama komunitas secara terus menerus melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar dengan tujuan agar sama-sama memelihara kawasan konservasi tersebut.

Dia berharap pada  2021 mendatang kawasan tersebut sudah benar-benar menjadi hutan. Program restorasi yang telah dijalankannya itu telah menghabiskan Rp500 juta.

Terkait dengan program Citra Bakti Lestari, acting Head of Department Star Energy Geothermal, Nungki N. Hendradjati mengatakan, sebagai anak usaha Barito Pacific yang bergerak di bidang pemanfaatan potensi energi panas bumi berkomitmen untuk selalu mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, terutama  di bidang Lingkungan.

Hal ini merupakan wujud dari semangat dari Barito Pacific Group untuk mendorong perkembangan energi dan ekonomi ramah lingkungan di Indonesia. Hal itu juga yang mendorong SEGWWL bekerja sama dengan kelompok pecinta alam Tapak Tiara dalam bidang konservasi air di kawasan Pengalengan.

Selain bekerjasama dengan organisasi pelestarian lingkungan, SEGWWL sebagai pemilik dan pengelola PLTP Wayang Windu dengan kapasitas listrik saat ini sebesar 227 MW ini secara konsisten melakukan pengelolaan lingkungan didalam kawasan maupun sekitar wilayah kerja operasi guna menimalisir potensi dampak dari kegiatan operasional.

Diantara upaya yang dilakukan oleh SEGWWL untuk mengelola lingkungan, contohnya, Program efisiensi & konservasi air, pelestarian Keanekaragaman Hayati.

Program efisiensi dan konservasi air dilakukan dengan melakukan sejumlah kegiatan yaitu penggunaan brine water dan atau air kondensat sebagai substitusi penggunaan air permukaan untuk pelarut lumpur bor pada aktifitas pemboran; pemanfaatan air kondensat untuk replacement master valve and side valve, pemanfaatan Air kondensat untuk iInitial filling menara pendingin saat start up; removal sulfur deposit pada cooling tower fill dengan memanfaatkan air kondensat; pembuatan bio pori dan sumur resapan sebagai upaya konservasi air; pemanfaatan air kondensat untuk kegiatan pemeliharaan performa sumur (Well Washing,Killing, Quenching).

Nungki menambahkan, pengelolaan lingkungan yang kami lakukan di SEGWWL telah mendapatkan sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sejak 2007.

Perusahaan, kata Nungki, juga berkomitmen untuk melaksanakan perlindungan lingkungan dan menanggapi perubahan kondisi lingkungan yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi melalui sertifikasi ISO 14001:2015.

Selain tersertifikasi, seluruh kegiatan pengelolaan lingkungan yang kami lakukan juga sejalan dengan program Sustainability Development Goals (SDG’s) sehingga diharapkan kegiatan tersebut dapat mendukung pemerintah dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang berklanjutan.

Melalui berbagai upaya yang dilakukan di bidang lingkungan telah mengantarkan SEGWWL mendapatkan peringkat tertinggi dalam program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER-Emas), mulai dari tahun 2005 sampai sekarang SEGWWL telah mendapatkan 8 kali PROPER peringkat emas, antara lain di tahun 2008; 2010;2013; 2014;2016 ;2017; 2018 dan 2019, serta berharap terus bisa mempertahankan peringkat tertinggi tersebut di tahun-tahun berikutnya.

Seperti diutarakan Dedi, program konservasi air di Citere dan Citiis ini juga akan membantu masyarakat setempat maupun Kabupaten Bandung untuk mendapatkan air yang layak minum.

Ia juga menyampaikan konservasi yang dilakukan termasuk dalam kawasan Gunung Tilu yang merupakan habitat satwa langka salah satunya Macan Tutul dan ragam burung.

Dengan program menghutankan kembali kawasan konservasi diharapkan kelestarian flora dan fauna di kawasan itu akan terus terjaga. Pada akhirnya akan menyelamatkan generasi penerus dari bencana akibat kerusakan lingkungan.
(mun)