News

Usaha Ternak Kelinci Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Radar Bandung - 15/12/2020, 18:38 WIB
Ali Yusuf
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Usaha Ternak Kelinci Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Peternak kelinci asal Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Suwardi (40) saat memperlihatkan kelinci ternaknya.

RADARBANDUNG.id, CANGKUANG – Pandemi Covid-19 membuat sejumlah bisnis jatuh. Namun, hal itu tidak berlaku bagi usaha ternak kelinci. Meskipun pandemi Covid-19, usaha kelinci justru semakin meningkat.

Hal tersebut Peternak kelinci asal Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Suwardi (40) ungkapkan.

“Kalau menurut saya, pas waktu tiga bulan pertama emang pengaruh, pengiriman engga ada. Setelah itu, alhamdulillah pengiriman engga ada masalah, justru makin jalan, permintaan makin banyak,” ujar Suwardi saat dijumpai di rumahnya RT 04 RW 03 Desa Cangkuang, Selasa (15/12).

  • Ternak kelinci usaha turun temurun

Usaha ternak kelinci ini sudah berjalan sejak tahun 1997 dan merupakan usaha turun temurun.

Saat ini, Suwardi telah memiliki sepuluh jenis kelinci, antaranya jenis Rex, flamish, puji lop, anggora, plenis giant, dath dan lainnya. “Potensinya bagus,”  ucapnya.

Menurut Suwardi, proses perawatan dalam berternak kelinci gampang dan susah. Ia katakan, jika membawanya enjoy maka hasilnya akan lebih baik. Untuk makan, dua kali sehari kelinci-kelinci tersebut akan ia beri ampas tahu dan juga pelet.

“Biasanya kalau melahirkan minimal empat ekor, paling banyak sepuluh ekor,” sebutnya.

Harga per ekor kelinci berbeda-beda, kata Suwardi, tergantung jenisnya. Jika kelinci lokal, harganya Rp20 ribu.

Kemudian kelinci jenis dath Rp35 ribu, jenis rex Rp50 ribu, jenis anggora Rp60 ribu, kemudian kelinci jenis plenis giant dengan kualitas pure bisa lebih dari Rp1 juta.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Pengaruhi Usaha Pembuatan Kubah Masjid

“Paling mahal yang plenis giant pure. Karena merupakan impor. Jadi, bibitnya dari luar yaitu Amerika dan Kanada,” ungkapnya.

  • Kendala usaha ternak kelinci

Salah satu yang menjadi kendala dalam menjalankan bisnis ternak kelinci adalah suplai kelincinya. Apalagi, hingga saat ini masih belum terbentuk paguyuban peternak kelinci Bandung Selatan.

“Ke depannya ingin terus berkembang, se-Bandung Selatan ada paguyuban. Supaya tidak ada gontok-gontokan masalah harga, masalah pengurusannya dimana. Kemauan mah ada, cuma belum terjadi,” lanjut Suwardi.

Baca Juga: Pengusaha Muda Asal Cirebon Ini Sukses Ekspor Furnitur Saat Pandemi

Suwardi menuturkan bahwa terkadang ada orang yang menginginkan daging kelinci.

Memang disediakan, tapi Suwardi mengaku lebih banyak melakukan pembesaran anak kelinci. Jika musim hujan, banyak kelinci yang mati.

“Pasokan kita masuk sementara ke Jatinegara, ke Tanggerang-Banten sama ke Cikampek. Juga ada permintaan buat ke Bali, bukan buat manusia, tapi untuk pakan hewan peliharaan,” papar Suwardi.

(fik)


Terkait Kabupaten Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.