News

Strategi Bisnis Gojek Bisa Dorong Inklusi Keuangan Skala Besar

Radar Bandung - 28/12/2020, 21:57 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi
Ilustrasi pengemudi ojek online Gojek (Dok.JawaPos.com)

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Jangkauan layanan digital bank dari Gopay yang sebelumnya terbatas karena terbentur regulasi perbankan dipecahkan melalui masuknya Gojek menjadi bagian dari PT. Bank Jago Tbk. Artinya, mereka bisa menghasilkan layanan finansial lebih universal.

Perluasan tersebut bisa menjadi pendorong meningkatnya akses keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Dari sisi strategi bisnis pun langkah ini menguntungkan kedua belah pihak.

“Menurut saya, ini merupakan strategi bisnis yang akan mendorong inklusi keuangan. Memang nanti yang akan berperan banyak adalah GoPay. Karena daya jangkau GoPay sudah mencapai 200 kabupaten lebih,” ungkap Ekonom Digital LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Chaikal Nuryakin melalui siaran pers yang diterima, Senin (28/12/2020).

”(Dengan masuknya ke Bank Jago) Gojek sendiri akan jadi lebih mudah untuk mengakses layanan perbankan yang sebelumnya mereka tidak bisa karena terbentur perizinan. Sekarang dengan ada Bank Jago mereka bisa,” tegasnya.

Yang dimaksud dengan keuntungan dua belah pihak perusahaan, Bank Jago sendiri akan meraih manfaat besar terutama dari sisi transfer teknologi karena lebih mudah untuk mendigitalisasi layanannya.

Meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia merupakan hal penting saat ini. Hal tersebut juga yang menjadi konsentrasi regulator terutama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) supaya masyarakat dari berbagai lapisan bisa lebih melek terhadap akses keuangan yang baik.

Saat ini, Indonesia adalah negara dengan populasi unbanked (masyarakat belum terjangkau perbankan) terbesar ke-empat di dunia. Data Bank Dunia Global Findex (2017) mencatat sebesar 52% populasi masyarakat dewasa Indonesia, atau setara sekitar 95 juta orang, tidak punya rekening bank.

Selain itu, data Google & Temasek SEA e-Conomy 2019 mencatat sebanyak 47 juta orang dewasa tidak memiliki rekening bank atau tidak memiliki akses yang memadai ke kredit, investasi, dan asuransi.

Kehadiran Gojek yang memiliki layanan GoPay, dan layanan keuangan digital yang akan diluncurkan bersama Bank Jago, bisa signifikan untuk mengatasi persoalan tersebut. Sebab sebesar 70% sampai 80% populasi di Indonesia sudah memiliki akses ke smartphone atau mobile phone saat ini.

”Dengan akuisisi Bank Jago maka Gojek dapat menyediakan jasa keuangan yang universal. Sehingga dia akan jadi pemain di jasa keuangan,” ujar Chaikal.

Sebab dari tingginya penggunaan mobile phone tersebut Indonesia sebenarnya bukan saja siap untuk bank digital. Lebih dari itu, bank digital menjadi kunci yang dapat mengakselerasi inklusi keuangan Indonesia

”Pasar keuangan digital di Indonesia sangat fragmented (tidak ada yang mendominasi, Red.). Layanan peer to peer (p2p) hanya sebatas lending. Tidak sampai ke saving. P2P semakin berkembang lagi saat pandemi. Hal ini seharusnya mendorong bank konvensional untuk masuk ke sektor digital. Tapi saat ini Bank ini mengalami kesulitan untuk menjangkau ke pasar yang belum pernah dijamah dan tidak pernah dijamah,” ulas Chaikal.

Padahal, masih banyak masyarakat yang potensial untuk memasukan dananya ke bank tapi justru tidak masuk. Dengan digital seperti yang dilakukan Fintech atau P2P itu jadi lebih mudah. Layanan microfinance tradisional sekarang sudah terdigitalisasi.

Gojek bersama Bank Jago sangat potensial menjadi bank digital. Pada saat yang sama, bank digital menjadi opsi paling baik dan paling cepat untuk meningkatkan persoalan inklusi keuangan dimaksud.

Tiga karakteristik bank digital di antaranya pertama beroperasi penuh secara digital tanpa perlu kantor cabang. Kedua, memanfaatkan aplikasi dan teknologi. Ketiga, memiliki penetrasi pasar yang tinggi dalam hal ini ekosistem bisnis secara digital.

(rls/dbs)