RADARBANDUNG.di, BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen mengembangkan industri agrikultur dan petani. Mereka siap berkolaborasi dengan pengusaha, khususnya yang ingin menjadi offtaker (penjamin pembelian hasil panen petani/nelayan).
Kepala Biro (Kabiro) Perekonomian Setda Jawa Barat Benny Bachtiar mengatakan, salah satu permasalahan industri agrikultur adalah saat petani kebingungan menjual produknya. Seringkali, hal ini menjadi hambatan mereka untuk mendapatkan keuntungan karena pasrah menjual dengan harga murah.
Menurut dia, dibutuhkan peran pihak lain, seperti pengusaha yang bisa menjadi offtaker. Ia menyinggung bahwa program 100 offtaker yang digagas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Bandung bisa menjadi solusi. Apalagi, program ini bisa bersinergi dengan program Petani Milenial yang digagas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
“Teman-teman (offtaker dari Hipmi) inilah yang diharapkan menjadi jembatannya ya kan kepada konsumen jadi kita berharap ada kolaborasi antara pengusaha, dalam hal ini hipmi dengan para petani,” kata dia.
“Ini bisa memberikan kontribusi positif kepada saudara-saudaranpetani supaya mereka bisa hidup sejahtera,” Benny melanjutkan.
Program Petani Milenial saat ini masih dalam seleksi. Pihak pemerintah akan melakukan bimbingan. Apalagi, masih banyak asumsi bahwa program ini memberikan modal hibah sosial.
“Padahal engga begitu. Kami berharap petani ini tuh mulai belajar memnafaatkan akses perbankan tentunya dengan keringanan yang akan kita bangun salah satu konsepnya yaitu dibayar saat tahap panen, ada KUR juga,” ucap dia.
Sementara itu, Ketua Hipmi Jawa Barat, Surya Batara Kartika mengatakan salah satu tugas pokok organisasi yaitu menghimpun pengusaha muda memaksimalkan program 100 offtaker di sektor agrikultur. Menurut dia, sektor ini paling potensial untuk tumbuh di saat pandemi Covid-19.
“Walaupun di dalam organiasi sudah banyak pengusaha, tapi kita himpun dan data ulang sesuai dengan kapasitasnya untuk jadi offtaker sesuai dengan keahliannya sesuai dengan sektor industrinya untuk bisa melengkapi database,” terang dia.
Ia menilai, program ini bisa menjadi solusi bagi petani atau yang bekerja di sektor agrikultut tidak memiliki modal. Pasalnya, akses perbankan sudah didukung oleh Bank BJB. Kemudian, program ini bisa menjadi jembatan petani dan pengusaha untuk bertemu menjalin kerjasama.
“Jadi pasarnya itu sudah dijamin, siapa pun yang mau jadi pengusaha Rintisan dibidang agro di bidang perikanan pertanian perkebunan dan peternakan itu udah ibaratnya modalnya diberikan oleh bjb, barangnya dibeli oleh Hipmi nah kemudian didampingi juga oleh ahli agar kualitas produk terjaga dan berpengaruh pada harga yang menguntungkan kedua belah pihak,” ucap dia.