News

Masih 19 Juta Lansia Yang Belum Vaksinasi Covid-19

Radar Bandung - 19/04/2021, 13:25 WIB
A
Ardyan
Tim Redaksi
Kedatangan 6 juta bulk (bahan baku) vaksin dari Sinovac dari Tiongkok. (BPMI Setpres)

RADARBANDUNG.id – Bahan baku vaksin Covid-19 dari Sinovac kembali datang. Kemarin (18/4) enam juta bulk atau bahan baku vaksin yang diangkut pesawat Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Kedatangan vaksin tersebut merupakan yang kedelapan sejak 6 Desember tahun lalu. ”Ini merupakan bagian dari pengiriman 140 juta bulk vaccine yang kita terima tahun ini,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Total, Indonesia sudah menerima 59,5 juta bulk vaccine dari Sinovac.

Hingga saat ini, 46 juta dosis bulk vaccine sudah dijadikan vaksin. Lalu, 22 juta vaksin telah didistribusikan dari perusahaan BUMN tersebut ke seluruh Indonesia. ”Diharapkan, dalam satu bulan ke depan, kita bisa menerima tambahan sekitar 20 juta dosis lagi hasil produksi Bio Farma,” tuturnya.

Dengan tambahan 6 juta bakal vaksin yang baru datang, Budi berharap vaksinasi pada April dan Mei bisa berjalan. Pada Ramadan, pemerintah tetap mengadakan vaksinasi massal secara gratis kepada masyarakat. ”Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa bahwa vaksinasi yang dilakukan selama Ramadan tidak membatalkan puasa,” katanya.

Namun, Budi berharap vaksinasi tidak memunculkan euforia. Artinya, masyarakat harus tetap waspada. Sebab, Covid-19 tetap masih ada. Protokol kesehatan harus dipatuhi. Menkes juga meminta vaksinasi untuk kelompok lansia menjadi prioritas. Belajar dari Lebaran tahun lalu, kasus Covid-19 meningkat. Dia tidak ingin kecolongan lagi. Apalagi, angka positif dan kematian lansia akibat Covid-19 ini cukup tinggi.

”Tolong, dalam sebulan ini, fokuskan vaksinasi kepada lansia,” tegasnya.

Saat ini baru dua juta lansia yang divaksin. Padahal, sasarannya adalah 21 juta lansia. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan capaian vaksinasi lansia tertinggi, yakni 538.073 orang. Yang terendah adalah Sulawesi Barat yang hanya bisa memvaksin 369 lansia.

Di bagian lain, cakupan vaksinasi untuk para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) terus diperluas. Sebanyak 126 pekerja dari dunia perfilman tanah air mengikuti vaksinasi di Grha Persahabatan, Pondok Indah, Sabtu (17/4). Jumlah tersebut meliputi pelaku film, musik, seni pertunjukan dan bioskop, televisi, serta event.

Menteri Parekraf Sandiaga Uno bakal berupaya agar para pelaku parekraf bisa mendapat prioritas vaksin. Yaitu, berkoordinasi dengan kementerian maupun pihak swasta.

”Terutama mereka yang bekerja di luar rumah sehingga intensitas interaksinya tinggi,” kata dia. Pemerintah telah menargetkan memvaksin 30 juta orang yang bekerja di sektor parekraf secara bertahap.

Secara terpisah, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M. Faqih menyatakan bahwa vaksinasi harus dibantu banyak pihak. ”Upaya yang proaktif ini diharapkan dapat membantu pemerintah,” ujarnya.

Sementara itu, terkait dengan Vaksin Nusantara, peneliti vaksin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Soedjatmiko menegaskan bahwa pembuatan Vaksin Nusantara terlalu berisiko. ”Darah diambil, kemudian dipisahkan, dibiakkan sel dendritik dengan bahan-bahan impor di laboratorium,” terangnya.

Jika pembuatan Vaksin Nusantara dilanjutkan, kata dia, dibutuhkan biaya yang mahal. Sebab, untuk membuat vaksin bagi puluhan juta penduduk Indonesia, darah semua penduduk harus diambil. Soedjatmiko meragukan hal itu dapat berlangsung. ”Kemudian, diproses di laboratorium khusus oleh tenaga khusus yang bisa memisahkan dendritik. Tidak bisa oleh petugas lab biasa,” ungkapnya. Cara itu, menurut dia, bisa berisiko terkontaminasi bakteri.

(jpg)