RADARBANDUNG.id – BULAN Ramadhan sudah masuk fase akhir. Berikut ini beberapa sunnah saat Hari Raya Idul Fitri.
Tak lama lagi, hari raya Idul Fitri Tiba. Rencananya sidang isbat penetapan awal bulan Syawal 1442 H akan berlangsung Selasa, 11 Mei 2021 atau 29 Ramadhan 1442 H.
Saat Idul Fitri umat muslim melaksanakan shalat Ied. Islam juga mengajarkan tentang beberapa hal agar mengisi saat-saat lebaran tersebut dengan gembira tapi juga bernilai ibadah.
1. Mandi
Sunnah bagi siapapun, laki-laki, perempuan bahkan wanita yang tengah haidl atau nifas melakukan mandi Idul Fitri. Kesunnahan ini juga berlaku bagi yang tidak menghadiri shalat Idul Fitri, seperti orang sakit.
Waktu mandi ini sejak tengah malam Idul Fitri hingga tenggelamnya matahari pada keesokan harinya. Lebih utama usai terbit fajar (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathib, juz 1, hal. 252).
Niat Mandi Idul Fitri
Contoh niatnya adalah: نَوَيْتُ غُسْلَ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat mandi Idul fitri, sunnah karena Allah”.
2. Menghidupi malam Idul Fitri dengan ibadah
Dianjurkan menghidupi malam hari raya dengan shalat, membaca shalawat, membaca Al-Qur’an, membaca kitab, dan bentuk ibadah lainnya berdasarkan hadits Nabi:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَتَيْ الْعِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ
“Barangsiapa menghidupi dua malam hari raya, hatinya tidak mati di hari matinya beberapa hati”. (HR. al-Daruquthni).
Hadits ini tergolong lemah, namun tetap bisa dipakai sebab berkaitan keutamaan amal, tidak berbicara halal-haram atau akidah. Kesunnahan bisa hasil dengan menghidupi sebagian besar malam hari raya.
Pendapat lain cukup dengan sesaat. Riwayat dari Ibnu Abbas, dengan cara shalat Isya berjamaah dan bertekad melaksanakan shalat Subuh berjamaah.
Memperbanyak Doa
Pada malam hari Idul Fitri ini juga disunnahkan memberbanyak doa, sebab termasuk waktu yang mustajab (diijabah) sebagaimana terkabulnya doa pada malam Jumat, 2 malam awal bulan Rajab, malam Idul Adha dan malam Nishfu Sya’ban (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).
3. Memperbanyak bacaan takbir
Salah satu syi’ar yang identik dengan Idul Fitri adalah kumandang takbirnya.
Anjuran memperbanyak takbir ini berdasarkan firman Allah: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
“Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185). Ada dua jenis takbir Idul Fitri.
Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir setelah shalat, baik fardhu atau sunnah. Setiap selesai shalat, dianjurkan untuk membaca takbir.
Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah shalat, bisa pada setiap kondisi.
Takbir Idul Fitri bisa dikumandangkan di mana saja, baik rumah, jalan, masjid, pasar atau tempat lainnya.
Kesunnahan takbir Idul fitri sejak tenggelamnya matahari pada malam 1 Syawal sampai takbiratul Ihramnya Imam shalat Idul Fitri bagi yang berjamaah, atau takbiratul Ihramnya mushalli sendiri, bagi yang shalat sendirian.
Pendapat lain menyatakan waktunya habis saat masuk waktu shalat Idul Fitri yang dianjurkan, yaitu ketika matahari naik kira-kira satu tombak (+ 3,36 M), baik Imam sudah melaksanakan Takbiratul Ihram atau tidak. (Syekh Sa’id Bin Muhammad Ba’ali Ba’isyun, Busyra al-Karim, hal. 426).
Baca Juga: Warga Kota Bandung Dipersilakan Gelar Sholat Idul Fitri di Masjid dan Ziarah Kubur
Salah satu contoh bacaan takbir yang utama adalah:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 3, hal. 54).