RADARBANDUNG.id, SOREANG – Kabupaten Bandung berencana akan mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada September 2021. Kegiatan belajar secara langsung itu dilakukan secara terbatas yaitu diisi 25 persen dari total jumlah siswa dan hanya dilaksanakan sebanyak 25 persen dari total jumlah sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Juhana mengatakan, sekolah tatap muka terbatas sesuai dengan SK Bersama 4 Menteri dan SK Kemendikbud. Karena Kabupaten Bandung saat ini berada pada level 3 atau zona kuning maka jumlah siswa yang boleh mengikuti tatap muka hanya 50 persen dari kapasitas ruangan. Meski demikian, pada tahap awal pelaksanaan PTM di Kabupaten Bandung akan dimulai dengan 25 persen.
“Tetapi kita akan memulai di 25 persen dulu, nanti dievaluasi, baru sampai di 50 persen,” ujar Juhana saat dihubungi via telepon, Senin (30/8).
Menurut Juhana, sekolah sudah mempersiapkan sarana prasarana berbasis protokol kesehatan. Mulai dari tempat cuci tangan, tempat duduk berjarak, menyiapkan masker, sampai SOP keluar masuk lingkungan sekolah, keluar masuk perpustakaan dan sebagainya, termasuk penyederhanaan kurikulum yang beradaptasi terhadap masa pandemi.
Para guru, ungkap Juhana, sudah menjalani vaksinasi Covid-19, sementara para siswa berangsur-angsur divaksin. Menurutnya, kondisi tersebut menambah optimisme pelaksanaan sekolah tatap muka.
Juhana mengungkapkan Surat Edaran (SE) tentang tatap muka sebenarnya sudah dibuat sejak tahun kemarin dan belum dicabut. SE tersebut tidak sempat diberlaku, kata Juhana, karena pada saat itu wilayah Kabupaten Bandung berada dalam zona orange, merah dan level 4.
“Sekarang sudah dilevel 3. Sebetulnya SE itu tidak dicabut dan diperbolehkan. Tetapi kita menunggu surat juknis dari Sekda, sedang ditandatangani. Bisa dimulai (tatap muka) awal September,” ungkap Juhana.
Baca Juga: Kabar Baik, Ratusan Pasien Covid-19 KBB Sembuh dalam Sepekan Terakhir
Tidak semua sekolah bisa melaksanakan PTM tapi hanya 25 persen dari total jumlah sekolah yang ada. Jadi pada tahap awal, akan ada 260 SD dan 80 an SMP yang memulai PTM. Selain itu, PTM hanya dilakukan oleh sekolah yang telah 100 persen memenuhi daftar periksa di Daftar Pokok Pendidikan (Dapodik) dan sudah siap segala sesuatunya.
“Kalau hasilnya bagus, seminggu atau dua minggu kemudian masuk ke 50 persen, bertahap supaya bisa mengontrolnya,” katanya.
Baca Juga: Kabupaten Bandung Bersiap Buka Kembali Sekolah
Strateginya adalah blended learning yaitu gabungan antara tatap muka dan daring. Sementara untuk teknis PTM-nya akan dilaksanakan dalam dua shift, lalu satu pelajaran yang awalnya selama 40 menit disederhanakan menjadi 20 menit, dan tidak ada waktu istirahat. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga euforia dan agar siswa tidak kaget.
“Rabu (1/9/2021) kami ada rapat dengan gugus tugas. Kalau kepastian mah, hari ini juga sudah ditanda tangan Surat Edaran (SE) dari Sekda. Karena kan ini menyangkut sekolah dibawah Kemenag, SMA/SMK yang merupakan kewenangan provinsi tapi ada di wilayah Kabupaten Bandung. Jadi sebaiknya, tidak ditandatangani oleh Kadisdik tetapi oleh pemerintahan atas nama Bupati,” paparnya.
Baca Juga: 4 Daerah di Jabar Diperbolehkan Gelar PTM Mulai September
Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengatakan, persiapan PTM akan dievaluasi. Katanya, saat PTM maka setiap siswa harus menggunakan masker dan face shield. Pihaknya akan mendata jumlah siswa di Kabupaten Bandung baik tingkat TK, SD dan SMP guna mengetahui besaran kebutuhan alat kesehatannya.
“Karena kalau kita bebankan kepada orang tua, dikhawatirkan ada sebagian orang tua yang tidak mampu dalam kondisi seperti ini. Kita akan evaluasi lagi dengan Kepala Disdik, apa yang dibutuhkan dalam rangka PTM ini bisa dilakukan di Kabupaten Bandung,” tambah Bupati.
Baca Juga: 4 Daerah di Jawa Barat Gelar PTM Awal September, Sekolah Wajib Terapkan Prokes
Sementara itu, salah seorang orang tua siswa SMP, Lisa Kristiana menyambut baik rencana PTM bisa digelar September 2021. Menurutnya, anaknya sudah jenuh belajar menggunakan sistem online.
“Semoga bisa segera dilaksanakan sekolah tatap muka. Supaya anak bisa mendapatkan pelajaran secara langsung dari gurunya. Tentunya protokol kesehatan harus menjadi prioritas utama,” pungkas Lisa.
(fik)