News

Pencinta Mie Instan, Perhatikan Saran Dokter Spesialis Ini

Radar Bandung - 19/09/2021, 23:46 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Ilustrasi Mie Instan/Pixabay

RADARBANDUNG.id- BANYAK orang Asia kini menganggap mie instan sebagai makanan pokok, seperti nasi. Menyiapkannya hanya membutuhkan waktu singkat.

Namun, apa yang terjadi tanpa disadari saat mengonsumsinya ada risikonya. Meskipun ada mitos seperti menambahkan sayuran bisa meningkatkan nilai gizi.

Berikut ini beberapa alasan mengapa mengonsumsinya bisa berdampak buruk bagi kesehatan seseorang, seperti dilansir laman MSN.

1. Kesulitan dalam mencernanya

Mie instan bisa mendorong sistem pencernaan untuk memecah mie olahan selama berjam-jam. Ini bisa mengganggu kadar gula darah seseorang dan pelepasan insulin jika dikonsumsi terlalu cepat.

Mie instan mendorong pencernaan menjadi lambat, karena kandungan pengawet dan bahan kimia lainnya.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan paparan berlebih dari butiran hidroksanisol dan t-butil hidrokuinon, 2 bahan kimia yang biasa digunakan dalam produk untuk memperpanjang umur simpan.

Keduanya bisa menyebabkan kecemasan, asma dan diare.

2. Risiko penyakit jantung

Dalam penelitian Journal of Nutrition, terungkap orang yang mengonsumsinya dalam jumlah yang tidak moderat memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom metabolik, serangkaian gejala termasuk memiliki tekanan darah tinggi, kadar kolesterol HDL yang rendah, dan peluang lebih tinggi penyakit jantung, diabetes dan stroke.

3. Mengandung banyak garam

Tidak mengherankan jika mie instan mengandung banyak garam, yang bisa memengaruhi kesehatan seseorang secara keseluruhan.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Hypertension tahun 2014, ditemukan konsumsi makanan yang tinggi natrium diakui sebagai salah satu faktor utama dalam tingkat kematian yang tinggi dalam 23 studi kasus terakhir.

Natrium tambahan ini juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Saran Dokter Spesialis 

Dokter spesialis gizi Juwalita Surapsari menyampaikan pesan khusus bagi masyarakat yang hobi mengonsumsi mie instan.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini berpesan untuk memperhatikan kandungan kalori yang ada. Selain itu, sangat penting untuk memperhatikan kandungan garam yang tinggi dalam produknya.

“Banyak mie instan mengandung kalori lebih rendah. Untuk menjadi sehat, pertimbangannya tidak hanya mengenai kalori, harus jeli mengetahui kandungan lain dalam makanan tersebut,” ujar Juwalita.

Juwalita mengingatkan masyarakat jeli mencermati label pada kemasan produk yang akan dibeli. Cek kandungan natrium produknya (bagian dari garam dengan jumlah tinggi).

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tak boleh lebih dari 20 persen per hari atau setara 1 sendok teh per hari. Selain garam, perhatikan juga soal kandungan lemak dalam produk.

Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi lemak dalam produk per orang per hari 20-25 persen dari total energi atau setara 5 sendok makan (67 gram). Hal lain yang sangat penting diperhatikan, mengonsumsinya sebaiknya jangan dibarengi makanan olahan lain seperti sosis atau bakso.

Menurut Juwalita, makanan ini cenderung mengandung garam yang tinggi, sehingga berisiko membuat seseorang kelebihan asupan garam.

“Boleh-boleh saja mengonsumsi produk ini, namun tidak setiap hari dan harus memperhitungkan makanan lain misalkan tidak dikonsumsi bersama makanan olahan lain seperti sosis atau bakso,” katanya.

Juwalita menyebut seseorang bisa menambahkan beberapa sayuran dan sumber protein misalnya telur dan tofu untuk meningkatkan profil nutrisi dalam mie instan.

Pakar diet dari Mount Elizabeth Hospital Seow Vi Vien menyarankan menggunakan seperempat atau setengah porsi bumbu saja, juga bisa menambahkan daun bawang atau ketumbar untuk meningkatkan rasa.

“Bila menggunakan versi instan yang tidak perlu dimasak, hindari mengonsumsi semua kuahnya (apabila itu berkuah) membantu mengurangi asupan garam dan sertakan sayuran dan sumber protein seperti telur di sampingnya.”

“Jika tidak dapat memasukkan sayuran, maka pasti kan untuk memenuhi asupan sayuran pada waktu makan berikutnya,” kata Seow Vi Vien seperti dikutip dari The Strait Times.

Halaman berikutnya: Mitos dan cara menghilangkan kecanduan konsumsi mie instan