RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Penanaman ideologi pancasila dan nilai religius harus dilakukan kepada pelajaran. Hal ini mencegah masuknya pemahaman yang merusak, termasuk komunisme.
Hal ini menjadi garis besar dalam diskusi terbuka bertajuk “Mewaspadai dan Mencegah Bahaya Komunis di Kalangan Remaja-Pelajar serta Pemuda-Mahasiswa” yang digelar Pusat Data dan Dinamika Umat (Dinamiku) Darul Hikam bersama MPR RI, SMA Darul Hikam, dan OSIS SMA Darul Hikam
Ketua Yayasan Darul Hikam Sodik Mudjahid mengatakan, diskusi ini tidak hanya untuk menjelaskan sejarah dan bahaya komunisme, tetapi juga memberikan pemahaman bagaimana mengantisipasi kebangkitannya. Pemahaman yang komprehensif perlu diasah dengan terus menguatkan ajaran Islam, literasi sejarah, dan pendalaman ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sodik menjelaskan, pendiri Darul Hikam, KH E. Hasbullah Hafidzi adalah salah seorang ulama yang diincar Partai Komunis Indonesia untuk dieksekusi.
“Masjid Darul Hikam di Dago adalah masjid pertama yang didirikan setelah komunis kalah. Kalau menang, akan dimanfaatkan PKI. Berdasarkan temuan dokumen rahasia, diketahui bahwa KH Hasbullah Hafidzi adalah tokoh nomor 1 di Bandung Utara yang akan dimasukkan ke lubang buaya di Bandung,“ ucap dia di Kampus 2 SMA Darul Hikam, Jl. Supratman No. 88 Kota Bandung belum lama ini.
Menurut dia, watak komunis itu materalistik, tidak memercayai adanya Tuhan. Kalau tidak percaya ada Tuhan, maka tidak ada norma serta tidak percaya surga dan neraka. Komunis itu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
“Karena tidak percaya Tuhan, mereka mudah memfitnah dan senang memecah belah bangsa,“ ucapnya.
Pengamat politik HM Riza Fadillah menilai, pandangan komunisme itu materialistik nirmoral, artinya menuhankan materi dan mengenyampingkan moral. Komunis pun antiagama karena menganggap semua agama adalah ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.
“Gerakan komunis terjadi tahun 1926, 1948, lalu 1965. Mungkin akan berulang lagi karena tidak berhenti dari aspek-aspek tadi,” katanya.
Sekarang ini, penyusupan paham komunisme sudah ke mana mana, termasuk pendidikan. Contohnya, masuk kurikulum dalam bentuk moderasi keberagaman. Ini fase pengikisan beragama dan mengambangkan nilai agar bisa masuk ke fase berikutnya, masuk ke ormas dan lembaga lainnya, bahkan isunya masuk ke TNI dengan hilangnya diorama patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad.
“Pesan saya kepada pelajar, belajarlah sejarah dengan baik, jangan buta sejarah. Dalam sebuah hadis menyebutkan, muslim jangan terperosok ke lubang yang sama dua kali. Maka, jangan lagi tragedi bangkitnya komunisme terulang kembali. Generasi muda harus mengantisipasi kebangkitan komunisme,” ujarnya.
Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma pun menjawab banyak pertanyaan dari para siswa. Dia menekankan banyak sudut pandang dalam melihat komunisme, mulai dari nilai agama, historis, ideologi, dan lain-lain. Dengan penjelasan begitu runut, siswa pun mengaku tercerahkan dan siap meningkatkan literasi sejarah serta penguatan nilai Islam dan ideologi Pancasila untuk membentengi diri dari paham komunisme.
“Maka, rasanya kita sepakat dan itu final bahwa ideologi komunis itu dilarang secara konstitusi. Pengalaman sejarah menguatkan kita agar kita menjaga negeri dari ancaman komunisme,” ujarnya.
Selain pembicara ahli, Ketua OSIS SMA Darul Hikam Nur Azizah Pratiwi pun cukup lantang menyuarakan penolakan terhadap komunisme, yang kemudian diamini oleh perwakilan siswa-siswa seluruh Indonesia yang bergabung dalam diskusi secara virtual.
“Jelas ajaran PKI sangat bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi dan Islam sebagai agama. Maka, kita harus memperbanyak literasi lagi dengan memfilter informasi agar terhindar dari hoax PKI,” ucap siswa SMA Darul Hikam asal Makassar ini.