RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Aceh. Di sela aktivitasnya, ia menangis saat mendatangi Museum Tsunami Aceh.
Tangis Ridwan Kamil pecah Ketika memasuki sebuah ruangan bernama Sumur Doa yang dinilai memberikan kesan emosional di antara seluruh bagian museum. Di ruangan temaram itu, terpahat nama-nama korban tsunami di bawah lafadz Allah.
Ia mendoakan ratusan ribu warga Aceh yang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang mengguncang dunia pada 2004.
“Dari semua bagian museum, ini adalah ruangan yang paling emosional buat saya,” ungkap Ridwan Kamil sambil meneteskan air mata.
“Ini tempat kita berdoa untuk korban-korban tsunami dan di atas ada lafadz Allah, artinya apapun yang terjadi harus tawakal,” katanya.
Ridwan Kamil adalah sosok yang mendesain Museum Tsunami. Sebagai seorang arsitek, ia memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007 hingga diresmikan oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.
“Saya banyak meneteskan air mata dalam proses sketsanya, termasuk dalam proses presentasinya pun saya terbata-bata karena ratusan ribu nyawa melayang akibat tsunami Aceh,” ungkapnya.
Menurut Ridwan Kamil, proses arsitektur Museum Tsunami Aceh merupakan akumulasi dari memori yang terekam dari peristiwa tsunami yang terjadi 26 Desember 2004.
“Prosesnya (rancang bangun) sekitar sebulan, tapi proses pencarian cukup intens, mencari cara sederhana agar masyarakat bisa merasakan langsung peristiwa itu, seperti ketakutan, basah, gelap, dan lainnya,” tuturnya.
Ia menjelaskan filosofi Museum Tsunami Aceh. Menurut Kang Emil museum ini merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan.
“Jadi setelah rasa takut yang ditandai lorong gelap dan gemiricik air di bagian pintu masuk, lalu kesedihan dengan adanya sumur doa, dan terakhir harapan dengan hadirnya lorong menuju atap bangunan,” terangnya.
Atap bangunan, jelasnya, juga berfungsi sebagai tempat evakuasi yang bisa menampung ribuan orang. “Ini ibaratnya dataran tinggi untuk evakuasi jika tsunami kembali terjadi,” pungkasnya.
Diketahui, selain sebagai tempat untuk mengenang peristiwa menggemparkan, Museum Tsunami Aceh juga menjadi simbol kebangkitan warga Aceh. Dibangun pada 2008 dan diresmikan 2009 silam, museum ini mulai dibuka untuk umum pada 2011.
Dari sisi rancang bangunnya, Ridwan Kamil sukses memadukan rumah tradisional Aceh yang dibentuk seperti gelombang besar layaknya gelombang tsunami dalam tema besar bertajuk “Rumah Aceh as Escape Hill”.
Kini, Museum Tsunami Aceh menjadi destinasi wisata favorit wisatawan yang berkunjung ke Aceh, selain Masjid Baiturrahman yang jaraknya berdekatan dengan museum.