News

Ekonomi Indonesia Pada 2022 Diprediksi Tumbuh Sampai 4,6 Persen

Radar Bandung - 03/02/2022, 14:48 WIB
AH
AR Hidayat
Tim Redaksi
Tangkapan layar - Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro (kiri) dalam RDPU dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, Kamis (3/2/2022). ANTARA/Sanya Dinda.

RADARBANDUNG.id – Ekonom yang juga Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar antara 4,1 sampai 4,6 persen year on year pada 2022.

“Pertumbuhan 4,1 sampai 4,6 persen itu masih sangat terbuka di 2022. Intinya, kita tidak usah terlalu cepat dulu karena faktor inflasi masih ada di belakang kita dan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat,” kata Ari dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Badan Anggaran DPR yang dipantau di Jakarta, Kamis (3/2/2022).

Kemunculan COVID-19 varian Omicron memang meningkatkan ketidakpastian, tetapi sejauh ini penyebarannya lebih terkendali dibandingkan varian Delta sehingga diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia.

“Pengendalian pandemi COVID-19 tetap penting karena sekarang COVID-19 yang terkendali berdampak positif terhadap ekonomi, jadi bukan lagi trade off,” kata Ari.

Baca Juga: Optimisme Kinerja Industri Jasa Keuangan untuk Pemulihan Ekonomi 2022

Ia pun mendukung upaya pemerintah yang selama ini berusaha mengendalikan COVID-19 dengan tetap memungkinkan aktivitas ekonomi tetap berjalan melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berjenjang.

Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 yang sebesar 3,51 persen year on year, pertumbuhan ekonomi dipandang mulai normal atau kembali kepada level sebelum pandemi.

Baca Juga: Sinyal Optimisme Pemulihan Ekonomi, Inflasi dan PMI Manufaktur di Awal Tahun Berikan Prospek Positif

Pada saat yang sama, menurut Ari, inflasi perlu tetap dikendalikan agar tidak melonjak saat kebijakan pengelolaan anggaran dikembalikan, misalnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dibatasi tidak lebih dari tiga persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Kita bisa mempelajari dari itu bahwa ternyata mengendalikan inflasi itu menjadi penting, ini juga terkait dg mengendalikan kesehatan. Jadi, ketika ada kondisi terminal nanti, defisit anggaran kembali ke tiga persen dari PDB segala macam, itu situasinya masih aman kalau kita lihat dengan pola pertumbuhan yang ada sekarang,” imbuh Ari.

(RB/Antara)