RUSIA digempur sanksi ekonomi dari negara-negara barat. Teranyar, negara tetangga Indonesia: Singapura, turut melarang bank-bank Rusia melakukan transaksi di negeri Singa.
Lantas, separah apa sanksi-sanksi itu menghantam Rusia?
Bagaimana pula hubungan Indonesia-Rusia imbas perang di Ukraina?
Berikut wawancara wartawan senior Radar Bogor Hazairin Sitepu (Bang HS) dengan Sekretaris III Kedutaan Besar Rusia di Jakarta Denis Tetyushin (Mr Denis).
Bang HS: Kalau saya lihat dari catatan UNHCR, lebih dari dua juta orang yang keluar dari Ukraina. Mereka masuk ke Polandia dan beberapa negara lain. Apakah nantinya setelah situasi (perang) selesai, mereka diperbolehkan masuk kembali ke Ukraina?
Mr. Denis: Tentu, kenapa tidak. Ini (Ukraina) negara mereka. Sekali lagi, kami menganggap warga Ukraina seperti saudara kami. Hampir semua orang Rusia memiliki teman atau kerabat di Ukraina. Tentu kami mau mereka pulang ke Ukraina. Dan sesuai informasi badan-badan resmi di Rusia, dari dua juta orang itu, kira-kira 200 ribu orang Ukraina masuk ke Rusia.
Bang HS: Amerika, Kanada, Jepang, Jerman dan banyak negara maju di Eropa memblokir ekonomi Rusia. Seperti apa daya tahan ekonomi Rusia dalam hal ini? Seberapa kuat daya tahan (ekonomi Rusia)?
Mr. Denis: Daya tahan (ekonomi) kami kuat sekali. Karena Rusia sebenarnya di bawah sanksi (ekonomi) sejak tahun 2014 (saat aneksasi Krimea). Sejak masa itu, kami sudah terbiasa dengan banyak sanksi. Kami menggunakan kesempatan tersebut untuk mengembangkan industri-industri lokal. Misalnya pertanian atau sektor-sektor yang lain.
Bang HS: Saya melihat brand-brand Amerika semuanya ditarik dari Rusia, seperti Coca-Cola, MCD dan banyak yang lain. Saya juga melihat produk dari Belanda ditarik dari Rusia. Seberapa besar kerugian Rusia akibat dari ini?
Mr. Denis: Kerugian pasti ada. Karena pada saat yang sama, banyak sekali (brand) keluar dan harus ada waktu untuk menggantikannya. Tapi daya tahan ekonomi Rusia kuat sekali. Selama delapan tahun kami mengembangkan semua sistem keuangan Rusia.
Apabila ada sanksi lain seperti saat ini, supaya kami bisa menahan (operasi milter) dan tidak ada masalah. Dan pemberian sanksi ini pada umumnya negara Eropa Barat, Amerika Serikat dan Kanada.
Tapi dunia ini bukan hanya negara-negara Eropa. Kami ada banyak teman di latin Amerika, Timur Tengah dan di ASEAN. Indonesia salah satu mitra dan teman kami yang baik sekali.
Bang HS: Bagaimana jika permintaan Presiden Zelensky (presiden Ukraina) untuk menerapkan No Fly Zone (di atas udara Ukraina) benar-benar terjadi?
Mr. Denis: No Fly Zone tidak bisa. Karena jika terjadi, berarti negara-negara NATO terlibat dan campur tangan. Kami bilang dari awal, jangan!.
Bang HS: Tapi Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, NATO tidak ingin ditarik ke dalam konflik Ukraina. Menurut Rusia?
Mr Denis: Kami juga tidak mau NATO ikut konflik. Karena ini suatu hal yang bahaya. Kami tidak mau perang besar di antara Rusia dan negara-negara NATO. Kami hanya mau demiliterisasi Ukraina. Pernyataan ini (NATO) bagus sekali, jika NATO tidak ingin campur tangan.
Bang HS: Sekretaris Jenderal NATO memang mengatakan itu. Tetapi eskalasi militer dari NATO yang ditempatkan di Polandia, Latvia, cukup besar. Apakah Rusia tidak melihat itu sebagai sesuatu ancaman?
Mr. Denis: Tentu ini menjadi kekhawatiran bagi kami. Karena pada bulan Desember, Rusia sudah mengingatkan Amerika Serikat dan negara-negara NATO untuk tidak melakukan perluasan ke timur. Tidak menyelenggarakan latihan besar di dekat perbatasan kami.
(Karena) adanya penguatan NATO di timur dapat menimbulkan ketegangan. Karena semakin dekat, semakin besar kesempatan untuk ada masalah. Kami sama sekali tidak mau ada masalah apa pun. Kami tidak mau berperang dengan NATO.
Bang HS: Karena itu risiko terlalu besar?
Mr. Denis: Betul. Ini risiko bagi kami, ini resiko bagi NATO dan risiko bagi semua.
Bang HS: FIFA dan induk organisasi olahraga dunia telah menyatakan banned Rusia dari seluruh event olahraga internasional. Bagaimana pandangan Rusia?
Mr. Denis: Ini sebenarnya salah satu yang tidak bisa kami terima. Posisi Rusia sangat jelas. Kami menganggap olahraga di luar politik. Walaupun kondisi politik apa pun, para atlet pemain sepak bola, apa pun semua yang berolahraga mereka harus tetap ikut kompetisi internasional.
Bang HS: Rusia dan Indonesia adalah sahabat lama. Apakah imbas perang ini dapat mengganggu persabahatan ini?
Mr. Denis: Saya rasa tidak ada gangguan hubungan antara Indonesia dan Rusia. Benar sekali, Rusia dengan Indonesia sahabat lama. Hubungan diplomatik sudah lama. Sudah 72 tahun. Dan hubungan kami dengan Indonesia baik sekali.
Misalnya Presiden pertama Indonesia, Soekarno, sempat berkunjung ke Uni Soviet dan hubungan kami terus berkembang secara cepat.
Walaupun sedang pandemi Covid-19, perdagangan bilatelar kami (dengan Indonesia) meningkat 40 persen. Jumlah wisatawan juga terus pulih ke angka sebelum pandemi. Jadi hubungan kami bagus sekali. Dan saya yakin akan bagus terus. (selesai)
Baca Juga:
- Wawancara Eksklusif Radar Bogor dengan Kedubes Rusia (bagian-1), Ancaman Tiga Menit Rudal Nato dan Neo-Nazi
- Wawancara Eksklusif Radar Bogor dengan Kedubes Rusia (Bagian-2): Masih “Separuh” Kekuatan, Klaim Cegah Korban Sipil