News

Selasar Sunaryo Art Space Berkomitmen Bantu Bangun Infrastruktur Seni Rupa di Indonesia

Radar Bandung - 22/05/2022, 14:36 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Pameran karya Sunaryo di SSAS, Jalan Bukit Pakar Timur, Kota Bandung/ Ist

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) terus memberikan ruang untuk seniman muda menampilkan karyanya. Hal tersebut merupakan perwujudan dari misi mereka membangun infrastruktur seni rupa di Indonesia.

Pemberian ruang ekspresi bagi seniman dan kurator muda terlihat dalam pameran karya Sunaryo di SSAS, Jalan Bukit Pakar Timur, Kota Bandung. Di sana, tepatnya di Ruang Sayap difungsikan sebagai inkubasi.

Dua orang perupa muda, Rizal N. Ramadhan dan Nadya Jiwa memamerkan karya bertajuk ‘Batang Mati, Cendawan Tumbuh’ dengan kurator Puja Anindita. Karya mereka merespon koleksi SSAS berupa karya mural Yudi Yudoyoko berjudul Sungai Kehidupan (2012).

Rizal menampilkan instalasi seni dan cetak digital. Sedangkan Jiwa menampilkan lukisan. Karya mereka berangkat dari amatan terhadap kondisi sungai kehidupan yang beberapa bagiannya telah termakan usia, hingga melahirkan tafsir soal abadi dan yang sementara.

Karya dua perupa itu hadir di antara karya seniman kontemporer Sunaryo dari masa ke masa yang memenuhi ruang A dan B gedung galeri SSAS, mulai dari karya berbasis kertas, material reflektif, hingga karya seni teknik cetak saring.

Selasar Sunaryo ART

Sunaryo mengatakan Indonesia memiliki banyak seniman berbakat yang butuh kesempatan untuk menampilkan karya. Kesimpulan itu datang berasal dari pengalamannya.

“Ada banyak seniman bagus, namun tidak menempuh sekolah. Saya selalu mendatangi komunitas. Mereka butuh kesempatan, beberapa kali saya mendatangkan seniman yang terkenal untuk berbagi pengalaman,” ucap dia.

“Banyak juga anak muda yang butuh memamerkan karya, ada juga kurator yang ingin meniti karir. Galeri SSAS bisa menjadi wadah, disediakan mentor, bisa menjadi semacam transit bagi mereka sebelum berkiprah lebih jauh,” ia melanjutkan.

Selasar Sunaryo ART

Baca Juga: Festival Kesenian Indonesia Perkuat Otentisitas Seni Tanah Air

Ia mengaku bahagia karena keberadaan SSAS yang sudah lebih dari 20 tahun berdiri, ada banyak seniman yang bisa melenggang menampilkan karyanya di pameran atau eksebisi tingkat internasional

“Membangun mudah, tapi mempertahankan tidak mudah. Program (mendukung komunitas seniman dan seniman muda) harus terus berjalan lebih lagi. Saya ingin berkontribusi membantu membangun infrastruktur seni rupa di Indonesia,” kata dia.

“Pesan saya (untuk seniman muda) harus jujur pada dirinya sendiri. Selalu berfikir yang tidak dipikirkan orang lain,” pungkasnya.

Menyelami Perspektif Sejarah dalam Karya Bertajuk ‘Menyatakan Jarak’

Arsip masa kolonial Belanda menjadi objek dalam pameran bertajuk ‘Menyatakan Jarak : Bandung-Leiden’. Para seniman yang terlibat mengajak pengunjung menyelami spektrum lain dari sejarah yang sudah terlewat.

Arsip tersebut didapatkan dari institut riset asal Leiden, Belanda yang sudah dikenal luas terutama ilmuwan maupun akademisi yang bergerak di bidang humaniora atau sosial budaya, bernama KITLV (Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde atau Lembaga Studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda)

Pameran ini merupakan seri pertama dari proyek berjudul ‘Anonim’ yang digagas oleh Theo Frids Hutabarat, terselenggara atas dukungan dan kemitraan SSAS dan Integrated Arts Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Dalam pameran ‘Menyatakan Jarak: Bandung-Leiden’ yang dihelat di Ruang Bale Tonggoh SSAS, sejumlah karya ditampilkan. Beberapa di antaranya adalah foto monokrom objek salah satu sudut di Kota Bandung yang ditempel di atas plastik berwarna cerah karya Zaldi Armansyah.