RADARBANDUNG.id – Provinsi Jawa Barat layak memasang “alarm” kewaspadaan untuk persoalan stunting karena merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di tanah air di tahun 2022 ini.
Berdasar Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 daerah perkotaan di Jawa Barat ternyata juga memiliki angka stunting yang tinggi.
14 kabupaten dan kota yang berstatus (kuning) dengan prevalensi 20 hingga 30 persen, diurut dari yang memiliki prevalensi tertinggi terendah mencakup Bandung Barat, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kota Bandung, Kabupaten Tasikmalaya.
Kemudian Kabupaten Sukabumi, Kota Banjar, Majalengka, Pangandaran, Sumedang, Kabupaten Bekasi, Purwakarta serta Karawang. Bahkan, Bandung Barat dengan prevalensi 29,6 persen nyaris berkategori merah.
Sementara masih ada 9 daerah yang berkategori hijau dengan prevalensi 10 sampai 20 persen, dirangking berdasar angka prevalensi tertinggi hingga terendah meliputi Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kuningan, Subang, Kota Bogor, Ciamis.
Baca Juga: Tekan Stunting, BKKBN Turunkan 200 Ribu Tim Pendamping Keluarga
Lalu, Indramayu, Kota Bekasi serta Kota Depok. Kota Cimahi yang berprevalensi 19,9 persen dan Kota Sukabumi yang berprevalensi 19,1 persen malah “nyaris” mendekati status merah
Tidak ada satu pun kabupaten atau kota di Jawa Barat yang berstatus (biru) yakni dengan prevalensi di bawah 10 persen. Hanya Kota Depok yang memiliki angka prevalensi terendah dengan 12,3 persen.
Baca Juga: BKKBN Jabar dan Satgas Kabupaten-Kota Satukan Komitmen Penurunan Stunting
Kabupaten Garut yang mempunyai angka prevalensi 35,2 persen menduduki peringkat pertama di Jawa Barat yang memiliki prevalensi stunting tertinggi. Bersama Kota Cirebon, Cianjur dan Kabupaten Bandung, Garut masuk dalam status merah.
Kepala BKKBN sekaligus Ketua Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Nasional, Hasto Wardoyo mengatakan, DWP BKKBN Pusat memiliki tugas strategis dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting.
Tugas DWP BKKBN Pusat harus berfokus kepada sasaran yang mencakup calon pengantin, ibu hamil, pasca persalinan dan anak-anak usia balita.