News

Ketika Mahasiswa dari Luar Pulau Jawa Belajar Tentang Tangga Budaya di Desa Wisata Cinunuk

Radar Bandung - 03/10/2022, 16:32 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id – 17 orang mahasiswa dari Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Padang, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua, mempelajari sejumlah seni dan budaya Sunda di Desa Wisata Seni dan Budaya Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Seni budaya yang akan diprekenalkan kepada 17 orang mahasiswa tersebut adalah seni dan budaya yang memang lahir di Desa Cinunuk dan saat ini masuk dalam program Tangga Budaya Desa Cinunuk.

Aipda Heri Maryadi, Binmas Desa Cinunuk selaku Founder Tah Ieu Budaya dan Pembina Pemuda Kolaborasi Desa Cinunuk yang aktif mempromosikan Tangga Budaya menjelaskan, Tangga Budaya Desa Cinunuk merupakan program menyatukan beberapa seni budaya Sunda yang lahir di desa Cinunuk. Dibuat seperti tangga karena masing-masing seni budaya seperti Silat Buhun, Benjang Gulat, Reak dan Wayang Purwa, lahir di tempat yang berbeda ketinggiannya meski masih dalam satu desa.

“Desa Cinunuk ini melahirkan banyak sekali seni budaya yang berkembang. Tempatnya sendiri-sendiri dan lokasi perkembangan budayanya tidak sama seperti contoh di RW 7 Kampung Cijambe ada Silat Buhun, naik sedikit ke atas (lokasinya) ada Reak atau Dogdog, naik lagi ke atas sedikit tempat lahirnya komunitas Benjang di Cibolerang, naik lagi ada lokasi pedalangan, Wayang Purwa,” tuturnya.

Selain seni dan budaya dalam Tangga Budaya Desa Cinunuk, Minggi (2/10/2022), 17 mahasiswa yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini juga mempelajari adat, tata cara dan budaya ngeuyeuk seureuh yang sarat makna dalam ritual perkawinan masyarakat Sunda.

“Kita akan jelaskan bagaimana ngeuyeuk seureuh itu seperti apa, filosofinya sepert apa, kenapa dalam pernikahan Sunda harus nincak endog (injak telur) menginjak bambu, dijelaskan nanti filosofinya,” ungkapnya.

Heri berharap, hasil penelitian dan pembelajaran mahasiswa ini bisa memberikan dampak positif ke depannya untuk lebih memperkebalkan seni dan budaya Sunda yang lahir di Desa Cinunuk.

“Harapannya bagi kami, seni budaya di Desa Cinunuk bisa terangkat, terpublikasikan melalui mahasiswa yang datang,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cinunuk, Edi Juarsa, mengapresiasi kunjungan para mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka sebagai salah satu wujud implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

“Saya sebagai kepala desa sangat mendukung supaya bisa terangkat nama desa wisata Cinunuk ini,” kata dia.

Lebih lanjut Edi menambahkan, beberapa jenis seni dan budaya Sunda yang lahir di Desa Cinunuk selama ini belum banyak dikenal masyarakat luas. Dia berharap output dari kegiatan Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka bisa memberikan dampak positif khususnya untuk perkembangan dan pelestarian seni dan budaya Sunda yang lahir di Desa Cinunuk.

“Selama covid ini desa wisata busaya ini tenggelam dan vakum. Bukan hanya saat covid, dari dulu juga pelaku seni dan budaya di Desa Cinunuk ini seperti hidup enggan mati tak mau,” ucapnya.

Selain itu, dia juga berharap hasil kunjungan mahasiswa ini bisa menstimulus pemerintah pusat untuk lebih memperhatikan Desa Wisata Cinunuk. Sebab, meski menyandang nama Desa Wisata Seni Budaya, hingga saat ini belum ada infrastruktur yang memadai untuk menunjang para pegiat Seni Budaya di Desa Cinunuk.

“Kebetulan ini masalah di anggaran. Katanya ada dari APBD Kabupaten Bandung tapi sampai sekarang belum terlihat. Setiap kegiatan, kami mengandalkan proposal saja. Terutama kita perlu tempat seperti sanggar untuk pagelaran. Bagaimana kita mau kelihatan kalau sanggar saja kita enggak punya, ” katanya.

Waishaguna, atau yang akrab disapa Igun, Dosen Pembimbing para mahasiswa yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka menjelaskan, Desa Wisata Cinunuk dipilih karena memiki akar seni dan budaya yang kuat.

“Sebuah kesitimewaan luar biasa karena Cinunuk ini gerbang peradaban besar, peradaban Ujungberung. Secara konsentrasi kebudayaan di Cinunuk ini memiliki nilai san akar sejarah yang kuat dan prospek ke depan yang baik sehingga sangat baik ketika menstimulasi, berkontribusi, terhadap yang punya akar bagus dan prospek ke depan yang bagus pula,” ucapnya.

Igun menambahkan, output dari kegiatan ini adalah mahasiswa dan masyarakat setempat bisa berkontribusi dan memberikan solusi agar seni dan budaya Sunda yang lahir di Desa Cinunuk bisa dikenal luas ke masyarakat serta terlestarikan dengan baik.

“Ke depan mahasiswa bisa berkolaborasi dengan pemuda dan masyarakat Cinunuk sehingga nantinya ada tahapan, langkah awal dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi masyakarat Desa Cinunuk,” tandasnya.

(pra)