RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Sebanyak 50 negara akan menghadiri Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Dewan Syuro Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Bandung pada 24 sampai 26 Oktober.
Sekretaris Jenderal MPR RI Ma’ruf Cahyono mengatakan, negara-negara OKI yang diundang ada 50 negara. Tapi, yang sudah pasti mengkonfirmasi hadir hingga saat ini sekitar 15 negara. Di antaranya dari Bahrain, Maroko, Iran, Yaman, Malaysia, Saudi Arabia, Mesir, Pakistan dan lainnya.
“Ini berkembang terus masih dalam konfirmasi. Jadi, 15 negara nantinya akan bertambah,” ujarnya di acara Jabar Punya Informasi, di Gedung Sate, Kamis (20/10).
Ia menjelaskan, pertemuan nantinya baru membicarakan urgensi keberadaan forum jadi belum ada isu khusus atau tematik yang akan dibahas. Nantinya, kalau semua sepakat pertemuan ini perlu dikuatkan maka akan menjadi alternatif forum.
“Konferensi ini, tak mencantumkan tema secara khusus tapi akan membahas orientasi ke depan parlemen yang diperlukan. Selain itu, akan ada joint statment dirumuskan para delegasi di hari terakhir nanti,” jelasnya.
Rencananya, acara akan dibuka oleh presiden dan wapres dan dihadiri menteri terkait. Termasuk, akan ada utusan dari berbagai duta besar yang akan bertindak jadi peninjau. “Isu kemanusian dan gagasan baru akan muncul dalam pertemuan ini,” ucapnya.
Menurut Ma’ruf, pertemuan ini digelar karena parlemen negara-negara di dunia harus dikuatkan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Gagasan tersebut, kemudian disambut baik oleh Ketua Majelis Syuro Saudi Arabia dan juga Ketua Ketua Majelis tinggi di Maroko.
“Nah ini yang melatari, kemudian dari Saudi Arabia maupun Maroko menyarankan memberi masukan untuk segera dilakukan langkah-langkah termasuk kajian-kajian agar ada parlemen-parlemen sejenis MPR atau dewan di dunia sehingga nanti bisa dilakukan langkah-langkah yang lebih konkret,” jelasnya.
Terkait pemilihan tempat konferensi di Jabar khususnya Kota Bandung, Ma’ruf mengatakan, Bandung merupakan salah satu kota yang bersejarah. Karena, menjadi salah satu tempat bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika saat itu yang memerdekakan diri.
“Terinspirasi dengan peristiwa Konferensi Asia Afrika event pada 1955 itu dampaknya itu terus berlanjut hingga hari ini. MPR itu memutuskan diadakan di Jabar khususnya di Bandung dengan pertimbangan salah satunya sejarah selain kenyamanan, keindahan Kota Bandung,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Prov Jabar, Dodit Ardian Pancapana menjelaskan, dipilihnya Bandung menjadi tempat konferensi, selain dulu menjadi tempat penyelenggaraan KAA, dulu ada dasa sila Bandung yang mempersatuan dan jadi pijakan sejarah. Selain itu, MPR pada tahun 60 sampai 71 pernah berkantor.
“Pembukaan nanti di Gedung Asia Afrika. Lalu ke hotel Pullman. Ada historical walk juga nantinya. Jadi tak hanya geografis tapi historis juga dan ada tinjauan ke museum,” katanya. (dbs)