RADARBANDUNG.id, CIANJUR – Badan Matereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan kajian lanjutan untuk mengidentifikasi titik-titik yang relatif aman sebagai lokasi hunian masyarakat pascagempa bumi Cianjur yang terjadi pada Senin (21/11) siang.
Hal itu disampikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat konferensi pers, Selasa (22/11) sore. Ia menyebut kajian itu diperlukan, sebab gempa bumi di wilayah Cianjur dan sekitarnya merupakan gempa bumi periode berulang dalam kurun waktu 20 tahun.
“Kajian itu juga sedang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sehingga kami nanti akan integrasikan hasil survey tersebut untuk mendukung proses rekonstruksi dalam menentukan, kalau memang terpaksa harus mencari tempat yang aman,” jelasnya.
Baca Juga: Korban Meninggal Gempa Cianjur Sudah 268 Orang, 151 Masih Dinyatakan Hilang
Gempa bumi periode berulang, sambungnya, diperoleh berdasarkan analisis kajian BMKG yang menunjukkan kejadian gempa bumi sebelumnya terjadi pada tahun 2000 yaitu 22 tahun yang lalu. Kemudian sebelumnya lagi terjadi pada tahun 1982, 18 tahun yang lalu.
“Artinya apa gempa dapat terulang kemudian kurang lebih 20 tahun kemudian sehingga pada masa tahap rekonstruksi mohon benar-benar diperhatikan agar bangunannya tahan gempa,” imbuhnya.
Kondisi gempa bumi susulan
Sementara itu, Dwikorita menyampaikan ihwal kondisi gempa bumi susulan. Meski tercatat telah terjadi sebanyak 145 kali, ia menyampaikan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir dan cemas karena kondisi gempa yang semakin melemah.
“Gempa-gempa susulan itu sebagian besar tidak dirasakan. Yang tercatat paling besar magnitudo 4,2 dan paling kecil 1,2. Sehingga BMKG memperhitungkan kurang lebih 4 hari lagi, semoga gempa-gempa tersebut sudah makin berkurang dan berhenti,” ucapnya.
Kendati demikian, kondisi cuaca yang memasuki musim hujan, khususnya di Jawa Barat, akan memasuki puncaknya pada bulan Desember mendatang. Sehingga Dwikorita mengingatkan kepada institusi terkait mewaspadai dampak turunan dari hujan, seperti longsor dan banjir bandang.
“Kita sebentar lagi masuk bulan Desember dan Jabar ini relatif tidak memiliki musim kemarau sehingga perlu disiapkan dan diwaspadai adanya potensi-potensi bencana ikutan seperti longsor,” ucapnya.
“Kemudian juga penting untuk diwaspadai adalah material-material runtuhan di lereng atau titik longsor akibat gempa. Material-meterial tersebut bisa membendung sungai di lereng sungai dan apabila hujan turun terus menerus, akhirnya bendung air hujan itu bisa mendesak onggokan tanah longsor yang berpotensi menimbulkan banjir bandang,” jelasnya. (sir)