RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Berdasarkan penelitian dari sejumlah akademisi, Sungai Citarik bisa difungsikan sebagai ekowisata. Semua kebutuhan dan kriteria sudah terpenuhi dalam hal peningkatan ekonomi dan merawat koridor ekologi sungai.
Hal ini tertuang dalam diskusi hasil penelitian bertajuk Transformasi Citarum: Laboratorium hidup untuk penelitian dan dampak internasional) yang dikaitkan dengan readiness criteria (kriteria kesiapan) pembangunan ‘Ekowisata Citarik.”
Penelitian dilakukan oleh peneliti dari UI, Unpad dan Universitas Monash Australia dengan dana riset VESKI dari Negara Bagian Victoria, Melbourne, Australia.
Reni Suwarso, Ketua Tim Sosial-Riset Citarum dari Universitas Indonesia mengatakan penelitian ini sudah berlangsung selama tiga tahun. Semua diawali pada Desember 2019 saat menggelar audiensi dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Saat itu, tim peneliti menyerahkan hasil riset bertajuk “Membangun Daerah yang sensitive air di Kota dan Kabupaten Bogor (2017-2019)” yang didanai oleh AIC (Australia – Indonesia Center). Setelah satu tahun meneliti, penelitian terpaksa dibekukan sementara karena pandemi COVID-19, namun demikian para peneliti tetap bekerja di balik komputer (desktop research).
Setelah situasi memungkinkan, para peneliti segera turun lapangan bertemu dengan beragam pemangku kepentingan yang terkait, dilakukan secara luring maupun daring.
Upaya itu termasuk menemui Bupati Kabupaten Bandung Dadang Supriatna untuk mendiskusikan hasil penelitian lapangan pada Desember 2021.
Penelitian ini mendukung usulan DJKN Bandung, Jabar sebagai juara lomba “KOIN Kemenkeu 2021” untuk membangun “Ekowisata Citarik” yang bisa menjadi salah satu etalase program Citarum Harum karena memenuhi sebagian dari 12 kriteria program PPK DAS Citarum, diantaranya: penanganan air limbah domestik, pengelolaan sampah, pengendalian pemanfaatan ruang DAS Citarum, pemantauan kualitas air, pengelolaan SDA, edukasi masyarakat, hubungan masyarakat/ peningkatan kesejahteraan dan ekonomi.
“Ekowisata baru ini direncanakan dibangun di Kabupaten Bandung, Kecamatan Solokan Jeruk, Desa Padamukti dan Desa Cibodas. Sekitar tujuh Km dari stasiun kereta api cepat Padalarang. Menawarkan kegiatan wisata berbasis alam di sepanjang Sungai Citarik; mendukung industri dan ekonomi masyarakat sekitar; sekaligus memperbaiki dan merawat koridor ekologi sungai, anak sungai dan oxbownya,” ucap dia.
‘Ekowisata Citarik” sudah siap untuk mulai dibangun karena sudah memenuhi sebagian kriteria kesiapan. Pertama, secara hukum masuk dalam program prioritas nasional. Kedua, sudah mulai melakukan studi kelayakan, mempersiapkan desain masterplan, mempersiapkan pengadaan tanah dan dokumen lingkungan.
Dua masalah paling penting yang biasanya mengganjal pelaksanaan projek pembangunan sudah diatasi dengan baik, yaitu: status tanah, dukungan aparat pemerintahan Desa dan masyarakat. Status tanah yang akan dimanfaatkan sudah clean and clear oleh KPKNL Bandung DJKN bahwa itu milik BBWS di tanah 3 oxbow.
Pengukuran tanah dilakukan Bersama oleh KPKNL, BBWS dan UI pada 23 Februari 2022. Aparat pemerintahan Desa sudah memberikan komitmen untuk memberikan izin menggunakan lahan milik Desa, disampaikan secara terbuka di depan peserta workshop tanggal 21 Mei 2022 dan 11 Juni 2022.
Penerimaan masyarakat desa Padamukti dan desa Cibodas terhadap usulan membangun “Ekowisata” terlihat dari hasil penelitian Anita dari BP2D Jabar, ada 92,5% responden setuju jika desanya dijadikan kawasan ekowisata karena dapat meningkatkan perekonomian warga (34%), lingkungan menjadi lebih baik (34%) dan agar ramai (17%).
Kesiapan design masterplan dan dokumen lingkungan juga sudah dilakukan walaupun perlu dimatangkan dan disesuaikan dengan kondisi terakhir di lapangan.
Ketiga, kesiapan dana. “Ekowisata Citarik” merupakan contoh kerjasama Pentahelix (kampus, masyarakat, pemerintah, industri dan media). Namun di tahap ini yang terlibat langsung baru tiga, yaitu: kampus, masyarakat dan pemerintah.
Kampus sudah melakukan kontribusi dana dengan cara tim peneliti mengikuti berbagai kompetisi hibah penelitian di dalam dan luar negeri. Masyarakat pun diklaim sudah berkontribusi dengan memberikan waktu, tenaga dan pikiran mereka, selain telah memberikan izin untuk menggunakan lahan untuk rencana pembangunan ekowisata ini.
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten juga Pemerintah Pusat sudah memberikan dukungan dan komitmen, sekarang waktunya dukungan dan komitmen itu direalisasikan untuk membangun “Ekowisata Citarik.”
“Ekowisata Citarik bisa membangun model Pentahelix yang riil. Selama ini, model Pentahelix mudah dibahas, bagus diatas kertas tapi sulit diterapkan di lapangan,” kata Reni Suwarso. (dbs)