RADARBANDUNG.id, BANDUNG – SMP Darul Hikam melakukan penguatan pendidikan karakter kepada para pelajar melalui pengenalan (ngamumule) bahasa Sunda sebagai bahasa lokal di Provinsi Jawa Barat.
Ngamumule Budaya Sunda di SMP Darul Hikam juga merupakan kegiatan memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Tongue Day) yang jatuh pada 21 Februari.
Para pelajar SMP Darul Hikam dibina mental dan karakter untuk bisa melestarikan warisan budaya leluhur (bahasa Sunda) sekaligus dengan kegiatan misalnya Lomba Biantara dan Refleksi Kaulinan Budaya Sunda dan dirangkaikan dengan acara Peringatan Isra Mi’Raj.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Darul Hikam, Danis Wijaksana mengatakan, bahasa ibu merupakan bahasa asli atau bahasa pertama yang dipelajari oleh seorang anak dari keluarga sebagai lingkungan terdekat dan
“Melestarikan bahasa Sunda juga bersinergi dengan 10 Budaya Berakhlak Berprestasi Darul Hikam yakni salah satu poinnya santun bertutur kata dan bersikap,” ucapnya, Selasa (21/2/2023).
Baca Juga: Seragam SMA Dipakai Non Pelajar, Kadisdik Jabar Ingatkan Jangan Kebablasan!
Danis menyebut, melestarikan budaya warisan leluhur (bahasa Sunda) dirasa sangat perlu bagi siswa di tengah gempuran teknologi dan derasnya arus informasi.
“Di tengah berbagai kendala apalagi pesatnya teknologi informasi dan budaya lain masuk, kita harus tetap berusaha dan melestarikan bahasa Sunda,” jelasnya.
Baca Juga: Lewat Inovasi Sipinter KCD Wilayah V Jabar, 3.400 Siswa Lanjutkan Pendidikan di SMA Terbuka
Menurut Danis, untuk melestarikan budaya dan berbahasa sunda bukan hanya seremonial atau peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional setiap 21 Februari. Jauh dari itu, dalam metode belajar siswa juga diterapkan untuk ngamumule budaya Sunda.
“Bahkan dalam kegiatan hari ini juga digelar kegiatan permainan tradisional yang dimainkan oleh seluruh siswa SMP Darul Hikam. Alhamdulillah, responnya bagus dan melatih aspek sosial, kekompakan dan kebersamaan,” terangnya.
“Permainan tradisional yang digelar seperti congklak, Sapintrong dan main kelereng. Ada 20 permainan tradisional yang dipakai semua, dan diikuti semua siswa,” sambungnya.