RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Ratusan mahasiswa mengikuti diskusi membahas mengenai pentingnya moderasi dalam beragama dalam upaya memeperkuat kerukunan dan toleransi antar masyarakat.
Diskusi bertajuk Rotasi Ramadhan dengan tema” Penguatan Moderasi Beragama Sebagai Komitmen Menjaga Kerukunan, Toleransi dan Nilai Luhur Kebangsaan” itu diadakan di kampus Universitas Bale Bandung, Kabupaten Bandung pada Selasa (19/3).
Sejumlah BEM Kampus se-Bandung Selatan yang hadir di antaranya, IP NU, MA Al Ihsan, HIMA Persis, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, HIMI Persis, Pemuda Sapu Bersih Hoaks, Jabar Bergerak, Purna Paskibraka Duta Pancasila, Ikatan Pelajar Persis, Ikatan Pelajar Putri Persis, Pelita Intan Muda, Komunitas Media, dan Himpunan Duta Bela Negara,
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Resta Nugraha, menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara sesama pemeluk agama di Kabupaten Bandung.
“Moderasi beragama sebagai landasan dalam menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama, serta mempertahankan nilai-nilai kebangsaan yang luhur,” ucap dia.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan FGD dari Pemuda Sapu Bersih Hoaks kolaborasi dengan FSJB dengan tajuk Rotasi (Ruang Obrolan Terbuka Asyik Di Bulan Ramadhan),” ia melanjutkan.
Rektor Universitas Bale Bandung Ibrahim Danuwikarsa mengatakan Pancasila merupakan anugerah yang luar biasa bagi masyarakat Indonesia. Dalam Pancasila membahas keberagaman budaya dan agama. Dalam dunia kampus, pihaknya sedang melaksanakan revitalisasi kurikulum di mana pelajaran agama wajib.
Dalam muatan pelajaran agama tersebut juga membahas mengenai unsur-unsur moderasi beragama. Moderasi beragama itu sendiri merupakan hal penting di lingkungan akademik khususnya bagi pelajar dan mahasiswa.
“Banyaknya awal mula pemikiran atau paham agama ekstrem dimulai dari lingkungan pendidikan. Itu mengapa dalam kegiatan hari ini perlu adanya penekanan dan pengenalan moderasi beragama bagi pelajar dan mahasiswa,” jelas dia.
Sementara itu Kapolresta Bandung Kombespol Kusworo Wibowo mengatakan Moderasi beragama itu bagaimana cara kita bersikap dan cara pandang ataupun perilaku beragama. Ia meyakini bahwa agamanya adalah agama yang benar. Namun, tidak memaksakan orang lain untuk menganut agamanya.
“Dalam Pancasila sila pertama juga ditegaskan pada butir ke-7 tidak memaksakan agama lain, kemudian mengembangkan sikap menghormati dan kerja sama, serta sikap saling menghormati dan kebebasan beribadah,” terang dia.
Sementara itu terkait adanya isu penolakan beribadah di Kabupaten Bandung, setelah diselidiki, bukan penolakan beribadah. Contohnya HKBP Rancaekek yang pada saat itu viral di sosial media terdapat postingan bertuliskan “intoleran kaum mayoritas terhadap kaum minoritas agama di Kab. Bandung”.
Setelah ditelusuri, ternyata IMB dari pada tempat ibadah HKBP tersebut untuk komersil dan bukan untuk penggunaan ibadah, sehingga dari pihak Polresta Bandung bersama Pemkab Bandung melaksanakan pertemuan untuk menyelesaikan sekaligus membantu perizinan rumah ibadah tersebut.
Di tempat yang sama Letkol Inf Hamzah Budi Susanto, Dandim 0624 Kab. Bandung menyampaikan TNI hadir di tengah masyarakat berdasarkan dasar dan regulasi yang jelas khususnya dalam moderasi beragama.
“Banyak kasus mengambil keuntungan dalam beragama, hal tersebut yang perlu diantisipasi. Kenyataan keberagaman agama di Indonesia berbanding lurus dengan keberagaman pendapat. Terkadang keberagaman pendapat tersebut akan menyebabkan konflik agama,” pungkasnya. (dbs)