News

Gunung Talaga Bodas Garut Dipenuhi Tumpukan Sampah, Ada yang Disembunyikan di Semak-semak

Radar Bandung - 09/06/2024, 16:31 WIB
AH
AR Hidayat
Tim Redaksi
Tumpukan sampah di salah satu titik di Gunung Talaga Bodas, Garut yang mencemari aliran sungai.

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Komunitas Pelestari Alam dan Kemanuasiaan, The Forest Ranger Indonesia menyesalkan ihwal pengelolaan sampah di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam Gunung Talaga Bodas, Kabupaten Garut.

Temuan The Forest Ranger Indonesia di lapangan pada 4-5 Juni 2024 bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia, sedikitnya ada lima titik penumpukan sampah di Gunung Talaga Bodas, Kabupaten Garut.

Lebih parahnya lagi, kelima titik tumpukan sampah tersebut berada disemak-semak yang jarang diakses orang. Sampah tersebut merupakan sampah dari aktifitas manusia yang tidak mampu dikelola dan diolah dan kemungkinan sengaja dikumpulkan dititik tersembunyi agar tidak diketahui banyak orang.

Ketua The Forest Ranger Indonesia, Rusdi Raisa mengatakan, kawasan Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Talaga Bodas Kabupaten Garut masuk dalam pengelolaan Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, namun pengelolaan sampah sangat disayangkan kurang progresif.

“Kemarin saya dan rekan-rekan sekitar 13 orang pergi ke Garut dengan gerakan pelestari alam dan kemanuasiaan, kami ke Situ Cibereum, disini sampah banyak. Kemudian perjalanan lanjut survei ke Gunung Talaga Bodas karena jaraknya lumayan dekat, di sana luar biasa sampahnya banyak banget,” ujar Rusdi saat dihubungi.

Rusdi bercerita, ia dan timnya menelusuri area di Gunung Talaga Bodas. Hasilnya, ditemukan sejumlah titik penumpukan sampah yang seolah disembunyikan disemak-semak seperti disekitar curug, dibelakang toilet dan lainnya.

“Yang kami temukan di lokasi ada lima titik tumpukan sampah yang seolah disembunyikan karena lokasinya mungkin jarang diakses orang,” imbuhnya.

Baca Juga: Sekda Jabar, Herman Suryatman Tandaskan Jawa Barat Targetkan Kunjungan Wisatawan Tahun 2024 Tembus 100 Juta

Padahal, sambung Rusdi, secara gamaran saat masuk ke Gunung Talaga Bodas Garut memang terlihat bersih karena masuk kedalam Taman Wisata Alam dan Cagar Alam. Fasilitas seperti tempat sampah tersedia dan terlihat rapi dan maksimal pengelolaan lingkugannya.

“Orang pertama ke Talaga Bodas pasti beranggapan tidak kotor, bersih ada tempat sampah dan lainnya. Pas kami naik ke atas ternyata pengelolaan sampahnya seperti formalitas saja. Sampahnya tidak diangkut, tapi numpuk aja disemak-semak, bahkan sampah juga ada di aliran sungai,” paparnya.

“Bahkan kami juga kecewa soal perizinan di Gunung Talaga Bodas. Kami datang ke sana untuk survei, membantu membersihkan lingkungan. Kami bawa modal sendiri. Kami prosedural meminta izin, tapi ternyata malah seperti diping-pong harus izin kesana kemari,” sambungnya.

Baca Juga: Sinetron Kabayan Milenial 2 Kang Aher – Ridwan Kamil sebagai Cameo, Wakili Pj. Gubernur Jabar, Kadiskominfo Jawa Barat Sebut Menjaga Budaya dan Promosi Jawa Barat

Disisi lain, Rusdi juga mendapatkan informasi lapangan terkait hubungan banyaknya sampah kain/ pakaian di Gunung Talaga Bodas dengan cerita lisan warga setempat (mitos). Ternyata, banyak orang yang percaya jika sudah mandi atau berendam di situ tersebut dengan tujuan meminta sesuatu, maka baju atau pakaian harus dilepas dan dibuang di tempat.

“Mitos dan perdukunan ini merugikan. Dampaknya berperngaruh pada lingkungan. Kebiasaan ini sudah terjadi sejak tahun 80-an. Hal-hal ini yang harus kita berantas dan edukasi biar warga sekitar juga paham dan bisa menjaga lingkungannya atau jika ada wisatawan yang ingin melakukan hal aneh bisa dicegah oleh warga,” terangnya.

Baca Juga: Jelang Idul Adha, 71 Cabang BSI di Regional VI Bandung Layani Weekend Banking Selama Juni 2024

Kata Rusdi, rencananya dalam waktu dekat akan mengundang komunitas pecinta alam, aktivis, pemerhati lingkungan dan lainnya dalam jumlah yang cukup besar untuk bebersih kawasan Situ Cibereum dan Gunung Talaga Bodas, Garut.

“Area yang harus diberishkan itu luas maka butuh massa yang banyak dan peralatan seperti perahu karet untuk di situ banyak sampah. Kami juga akan terus berusaha menjaga lingkungan dan pelestarian alam tidak hanya di Talaga Bodas atau Situ Cibereum saja tapi akan dilakukan secara berkelanjutan,” pungkasnya. (*)