News

Disleksia Hebat, “Gerakan Bhinneka” untuk Indonesia Inklusif

Radar Bandung - 24/07/2024, 18:14 WIB
Ali Yusuf
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Disleksia Hebat, “Gerakan Bhinneka” untuk Indonesia Inklusif

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli  merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian seluruh komponen bangsa Indonesia, baik dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Yayasan Lentera Insan Kreatif (LINK Foundation) adalah salah satu komponen dimaksud. Bekerjasama dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung, lembaga pendidikan yang sejak tahun 1999 berdedikasi untuk mengoptimalkan perkembangan anak Indonesia ini, merespon peringatan HAN dengan memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai kesulitan belajar spesifik atau disleksia untuk 225 anak binaan di LPKA Kelas II Bandung, Jl. Pacuan Kuda No. 3, Sukamiskin, Arcamanik, Bandung, Rabu, 24 Juli 2024.

Momentum ini merupakan bagian dari pelepasan “Gerakan Bhinneka” yang diusung LINK Foundation. Gerakan untuk Indonesia inklusif yang bertujuan mulia guna memberdayakan guru melalui Pelatihan Literasi dan Matematika serta Kiat Praktis Menguak Potensi Anak dengan kesulitan belajar sehingga guru mampu memahami perbedaan cara belajar anak dan bisa mendukung kematangan sosial emosional.

Sebagai lembaga yang mengedepankan pendidikan yang holistik, integratif, dan inklusif melalui pendekatan multisensori dan personal sehingga mampu mengakomodasi beragam cara berpikir siswanya, menghadapi berbagai permasalahan anak yang lebih kompleks, tentunya dapat menjadi momentum partisipasi yang positif dalam menangani permasalahan anak. Belum lagi, hal ini nyatanya sejalan dengan spirit menanamkan nilai-nilai positif pada anak dan segendang seirama dengan tema HAN tahun 2024 yaitu “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.

Menurut Laurentia Mira, S.H., Dipl. Montessori selaku The Chairperson of Yayasan Lentera Insan Kreatif, sosialisasi dan edukasi bagi 225 anak binaan LPKA Bandung pada prinsipnya merupakan upaya untuk mengurai, mengidentifikasi, dan membantu anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik atau disleksia di berbagai lapisan masyarakat. Atau seminimal-minimalnya mengenal terlebih dahulu atau menumbuhkan kesadaran tentang apa itu disleksia dan bagaimana anak kemudian mengetahui dan menyadari potensi diri dan rasa percaya dirinya masing-masing.

Terlebih  lagi, hal tersebut diperkuat dan merujuk pada data temuan United NoticeAbility Dyslexia Network (organisasi nirlaba asal Amerika Serikat yang berkomitmen untuk memberdayakan individu penderita disleksia di seluruh dunia), yang menyebutkan bahwa 50% penghuni Lembaga Pemasyarakatan di Amerika Serikat adalah anak dengan disleksia. Dan tidak menutup kemungkinan hal demikian juga terjadi di belahan dunia yang lain, tak terkecuali di Indonesia.

“Dalam perkembangannya, salah satu hasil penelitian United NoticeAbility Dyslexia Network menunjukkan bahwa anak-anak yang kesulitan belajar spesifik itu banyak sekali yang hidupnya berakhir di balik jeruji,” ujarnya di sela-sela kegiatan, Rabu, 24 Juli 2024.

Menariknya lagi, timpal Laurentia Mira, presentase anak dengan disleksia juga berbanding lurus dengan temuan data lain yang menyebutkan jika 60% CEO (Chief Executive Officer) dan para pengusaha yang berhasil di dunia juga merupakan anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik, namun dengan situasi sebagai anak-anak yang cenderung lebih “terselamatkan” dan “terbantu”.

“Kalau kita bisa membantu mereka, maka mereka tidak akan menjadi ‘lost generation’. Kalau kita tidak membantu mereka maka ketika ledakan demografis Indonesia terjadi pada tahun 2045, kita akan sangat berpotensi memiliki sumber daya manusia yang gagal. Dan kita ingin mencegah semua itu terjadi,” katanya seraya menyebut itu mengapa sejatinya anak-anak disleksia harus dan penting untuk dibantu atau diselamatkan. Dan lagi di sisinya yang lain mereka memang memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa ini menjadi semakin maju dan berkembang di kemudian hari.

Menurutnya, pihaknya bisa membantu anak-anak yang kesulitan belajar di tiga hal, yakni membantu kesulitan di wilayah literasi, matematika, dan pembelajaran yang berkenaan dengan sosial emosional. Ketiga hal tersebut menjadi sangat fundamental karena anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik biasanya memiliki kecenderungan emosional yang kurang begitu baik dan tidak terkontrol.

“Anak dengan disleksia itu memiliki kecenderungan merasa dirinya punya ‘self-esteem’ yang rendah. Selalu merasa tidak mampu dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Kami memiliki program yang bisa membantu mereka untuk keluar dari permasalahan tersebut, membantu mereka mengubah image diri yang kurang baik menjadi image diri yang lebih baik,” tegas Laurentia Mira.

Oleh karena itu dalam metode sosialisasinya, Yayasan Lentera Insan Kreatif mengajak 225 anak binaan LPKA Bandung dalam dua pendekatan reflektif, yaitu permainan dan gambar (salah dua solusi yang dipilih berdasarkan keterbatasan waktu).

Lewat permainan, anak-anak diajak untuk menggali potensi dirinya masing-masing. Penekanannya agar mereka menyadari memiliki potensi diri, bahwa mereka adalah pribadi yang bisa jadi lebih baik lagi, dan mereka bisa menjadi penolong dengan potensi-potensi yang dimilikinya itu. Sedangkan dengan menggambar, anak diajak untuk merefleksikan tentang siapa mereka sekarang dan siapa mereka di masa mendatang.

Adapun perihal “Gerakan Bhinneka” sendiri, kata Laurentia Mira, dalam praktiknya akan diselenggarakan di seluruh Indonesia secara road show ke 23 Kota di 11 Provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan melibatkan organisasi United NoticeAbility Dyslexia Network sebagai kolaborator.

“Di setiap kota yang dikunjungi, kami akan bertemu dengan orang tua dan guru dengan target capaian hingga 2000 orang. Mereka akan diberikan pembelajaran tentang bagaimana caranya mengidentifikasi anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik. Di luar itu, kami juga akan meluncurkan buku berjudul ‘Noticing Abilities’, di mana di dalam buku itu sudah tertulis sumbangsih dari berbagai praktisi terkait, baik dari pendidik atau tenaga pengajar, dokter, psikolog, termasuk dari partner kita di luar negeri yang kami nilai memiliki kompetensi dan mengetahui bagaimana caranya membantu anak-anak yang punya kesulitan belajar,” katanya memaparkan.

Lebih jauh, gerakan semacam ini bukan tidak memiliki tantangan yang besar. Secara teknis, dibutuhkan dukungan yang bersumber dari berbagai lapisan aspek, termasuk di ranah pendidikan dan aspek terkait lainnya. Sejauh ini saja, sekolah yang terbuka untuk membantu anak-anak dalam kesulitan belajar spesifik lebih banyak berasal dari sekolah-sekolah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), ‘home schooling’, dan atau sekolah-sekolah swasta yang sebelumnya memang sudah memiliki program pendampingan anak-anak istimewa.

“Keinginan kami, program ini bisa masuk ke sekolah-sekolah umum dan setiap sekolah umum tersebut pada saatnya nanti akan memiliki program khusus untuk membantu anak-anak yang kesulitan belajar. Agar mereka (baca: sekolah umum) tidak hanya melihat anak-anak ini sebagai anak-anak yang malas, bodoh, atau anak-anak yang berulah saja. Mereka juga harus mau membantu dan mampu membantu. Target itu yang hendak kami gapai,” ujarnya.

Dengan berbagai dinamika dan tantangannya, visi terdekat dari gerakan ini pada akhirnya tidak terlalu muluk-muluk di awal, dan lebih kepada agar masyarakat di Indonesia bisa mengenali terlebih dahulu apa itu disleksia atau seperti apa ciri anak dengan kesulitan belajar spesifik. Pasalnya, di bayangan masyarakat umum saja, anak dengan disleksia itu sulit untuk diidentifikasi dan anak-anak dengan disleksia, misalnya, tidak terlihat seperti anak-anak dengan ciri berkebutuhan khusus.

“Perbedaan mereka itu ada di cara kerja otaknya yang tidak sama dengan anak-anak lain. Stereotype yang lumrah terjadi terhadap mereka itu mereka dikenal sebagai anak-anak yang malas, bodoh, dan suka berulah. Padahal, mereka itu memiliki kondisi khusus yaitu kesulitan belajar spesifik atau disleksia. Sulit sekali untuk melihat anak-anak ini. Di tengah masyarakat pun posisi mereka seperti ada di wilayah yang abu-abu. Berkebutuhan khusus tidak, tipikal juga tidak, karenanya ada metode pembelajaran yang khusus agar anak-anak ini bisa optimal,” tukasnya. (dbs)


Terkait Nasional
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Segel Minimarket Karena Tak Sediakan Juru Parkir Resmi
Nasional
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Segel Minimarket Karena Tak Sediakan Juru Parkir Resmi

RADARBANDUNG.ID, SURABAYA – Dua lahan parkir disegel beserta dengan minimarketnya karena tidak menyediakan juru parkir resmi, penyegelan ini dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Selasa, (10/6/2025). Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi geram melihat lahan parkir disebuah minimarket tidak dipergunakan sesuai dengan fungsinya, lahan parkir ini dialih fungsikan menjadi lahan berdagang dan para pedagang […]

Singgung Masa Penjajahan, Presiden Prabowo Subianto Sebut Belanda Keruk USD 31 Triliun, Setara 144 Tahun Anggaran Indonesia
Nasional
Singgung Masa Penjajahan, Presiden Prabowo Subianto Sebut Belanda Keruk USD 31 Triliun, Setara 144 Tahun Anggaran Indonesia

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyinggung masa penjajahan yang pernah dialami oleh Indonesia dalam sambutannya saat membuka Indo Defence 2025 pada Rabu (11/6/2025). Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa selama Belanda menjadi penjajah, mereka telah mengeruk USD 31 triliun. Menurut Presiden Prabowo Subianto angka tersebut setara dengan anggaran Indonesia untuk 144 tahun. Secara terbuka, Presiden […]

bank bjb Perkuat Koneksi dengan Generasi Muda Lewat Dukungan pada Konser Hindia
Nasional
bank bjb Perkuat Koneksi dengan Generasi Muda Lewat Dukungan pada Konser Hindia

RADARBANDUNG.id, JAKARTA- Konser Hindia bertajuk “25 on Blank Canvas” yang berlangsung di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Sabtu (7/6), menjadi panggung tak hanya bagi eksplorasi musikal, tetapi juga ajang perkenalan gaya hidup digital yang diusung oleh bank bjb. Sebagai salah satu mitra pendukung acara, bank bjb menghadirkan beragam aktivasi layanan yang inovatif dan dekat dengan kebutuhan generasi […]

Nadiem Makarim Buka Suara Soal Dugaan Korupsi Proyek Pengadaan Laptop Cromebook Senilai Rp9,9 Triliun
Nasional
Nadiem Makarim Buka Suara Soal Dugaan Korupsi Proyek Pengadaan Laptop Cromebook Senilai Rp9,9 Triliun

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Kejaksaan Agung sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh Nadiem Makarim ketika dia masih menjabat sebagai Menteri pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi. Proyek semasa Nadiem Makarim ini berlangsung antara 2019-2023 dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Dana Alokasi Khusus (DAK) yang ditujukan untuk digitalisasi pendidikan di sekolah bada […]

location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.