RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Orang tua kerap khawatir dengan aksi perundungan di lingkungan sekolah. Belum lagi, mengenai pergaulan bebas di tengah berkembangnya teknologi informasi.
Ketiga hal tersebut kerap disebut tiga dosa besar pendidikan. Yaitu, perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.
Pencegahan harus dilakukan di semua sektor. Khusus di lingkungan sekolah, semua elemen harus diatur dalam sistem yang baik dan jelas secara kurikulum.
Menurut Direktur Majelis Pendidikan Darul Hikam (DH), Dra Hj Ruri B Ramandanti MT, khusus terkait bullying pihaknya memiliki kurikulum pencegahan tiga isu utama tersebut.
DH mencegah Bullying dengan mengedukasi, siswa diminta menulis paper soal bagaimana kasus bullying terjadi di sekolah mereka.
“Kami sudah menyusun standar operasional prosedur (SOP) mitigasi yang kami susun bersama-sama dengan pendampinagan dinas perlindungan anak jadi lengkap dari A sampai Z termasuk konsekuensi hukumnya,” kata dia.
Saat ini, kasus perundungan gen z secara nasional cukup tinggi. Oleh karena itu, DH terus menerus melakukan pendidikan anti perundungan. Bahkan, salah satu guru bimbingan konseling (BK) di DH ada yang mempelajari mendalam dan membuat pendidikan anti perundungan.
“Guru BK kami ada yang memiliki akun medsos sendiri yang isinya sangat konsen pada gerakan anti bulliying. Guru BK ini, membuat penelitian pendidikan anti bullying dengan menjadikan DH sebagai model penanganan,” katanya.
Semua upaya pencegahan diambil dari nilai-nilai islam yang muaranya pada menguatkan mental anak. Ikhtiar lain yang dilakukan untuk mencegah bullying, adalah dengan memasang CCTV, mendampingi anak-anak dengan BK, dan melibatkan psikolog untuk menghindarkan anak-anak agar tak terjerumus.
“Karena kan di era sekarang tak bisa mencegah anak bergaul dengan siapa pun. Jadi kita harus mengimunisasi anak agar tidak melakukan bullying atau jadi korban bullying,” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Biro 2 Majelis Pendidikan Darul Hikam Hj Mari Marhamah SE MM, saat ini semua masyarakat khawatir dengan maraknya kasus bullying di dunia pendidikan. Oleh karena itu, DH sangat memperhatikan semua jenjang agar jangan sampai terjadi. Jadi, DH sangat memikirkan penanganan dan pola pendidikan yang bisa meminimalisir kasus bullying tersebut.
“Selain menyiapkan saran dan prasarana yang baik, kami pun menyiapkan guru-guru dengan seleksi yang ketat. Jadi guru tak hanya mengajar tapi memperhatikan kondisi setiap siswanya,” katanya.
Terkait Media Gathering, Mari menilai kegiatan ini sangat penting. Karena, keberhasilan pendidikan tak akan dinikmati banyak orang kalau tak dikomunikasikan. Padahal, DH memiliki nilai-nilai untuk memajukan masa depan anak bangsa. Jadi, DH harus berkolaborasi dengan semua media karena memiliki keterbatasan dalam menyebarkan pola pendidikan dan inovasi yang dikembangkan DH.
“Kami, ingin dakwah kami menyebar ke seluruh pelosok. Jadi perlu kerja sama dengan media dan semua stakeholders,” katanya. (dbs)