RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) dari lintas disiplin ilmu sangat dibutuhkan untuk industri pertambangan. Hal ini menjadi kesempatan terbuka bagi semua lulusan Perguruan Tinggi.
Hal ini yang melandasi Harita Nickel membuat program ‘Harita Goes to Campus’. Terbaru, mereka mendatangi dan berdiskusi dengan ratusan mahasiswa dari Institur Teknologi Nasional (Itenas), di Bandung, Jumat (25/10).
Diskusi yang berlangsung membahas industri nikel di Pulau Obi serta transisi energi yang berkelanjutan yang dilakukan Harita Nickel.
Hal lain pun mengemuka, mulai dari sisi kebijakan, komitmen kepada masyarakat sekitar, regulasi hukum, hingga masalah teknis dalam pengolahan nikel.
Ir. Tonny Gultom, selaku HSE Director mengatakan permintaan dunia terhadap nikel terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri baterai untuk kendaraan listrik dan baja tahan karat.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dan sejak tahun 2021 Harita Nickel memproduksi bahan baku baterai mobil listrik pertama di Indonesia.
“Kontribusi nikel terhadap pengurangan emisi CO2, terutama perannya pada baterai kendaraan listrik, sangat signifikan. Selain mendukung teknologi energi bersih mulai saat ini hingga 2050 nanti, industri ini juga meningkatkan lapangan kerja di sektor energi bersih dan signifikansinya dalam perekonomian secara keseluruhan pertumbuhan lapangan kerja secara global, termasuk di Indonesia,” kata Tonny Gultom saat pemaparan.
Usai acara, Tonny menjelaskan bahwa perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana terapan menjadi salah satu sasaran untuk diserap sebagai tenaga kerja
Kebutuhan SDM yang tinggi ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Saat membahas industri pertambangan, ia menyebut keahlian yang dibutuhkan tidak hanya sebatas soal tambang saja.
“Kalau pertambangan ada kebutuhan ahli pertambangan, geologi, teknik lingkungan, tapi kami industri kebutuhan akan sarjana ekonomi, matematika, biologi, IT, teknik sipil, mesin. Variasinya sangat banya,” jelas dia.
“Kami masuk kampus untuk memberitahu bahwa bukan hanya sarjana tambang saja, tapi lulusan teknik lain dibutuhkan. (lulusan ilmu) sosial pun dibutuhkan, ekonomi, pertanian, kesehatan, pendidikan. Kan kami pekerjaan bukan di tambang atau pabrik saja, kan masyarakt di sana perlu dibantu,” ia melanjutkan.
Tonny menyatakan pihaknya berkomitmen membangun industri hingga proses pengolahannya dilakukan di dalam negeri. Hal ini pula yang bisa membuat kesempatan kerja dan membangun kesejahteraan masyarakat.
Di tempat yang sama, Rektor Itenas, Prof. Meilinda Nurbanasari mengatakan bahwa perguruan tinggi bertanggungjawab meluluskan mahasiswa dengan kompetensi yang baik.
Program Harita Goes to Campus membuat bisa berdampak positif karena pihak kampus, termasuk mahasiswanya mengetahui kondisi, perkembangan dan kebutuhan tenaga kerja industri.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Butuh industri untuk menyerap pengguna lulusan. Itenas memiliki 14 program studi. Yang berkaitan dengan tambang, ada teknik mesin, Geodesi, teknik sipil dan teknik lingkungan,” ucap Meilinda.
“Diskusi ini penting agar mahasiswa bisa mengetahui apa sih yang harus disiapkan saat nanti lulus, apa yang dibutuhkan oleh industri. Sehingga mereka bisa beradaptasi. Dari sisi kampus, Kami juga bisa update kurikulum yang bisa sesuai dengan kebutuhan industri,”dia melanjutkan.
Itenas dan Harita Nickel membahas peluang kerjasama untuk program magang. Program tersebut nantinya dikonversi 20 sks. Tujuannya agar para mahasiswa tidak gagap saat terjun langsung di dunia kerja.
“Berapa banyak (mahasiswa), belum. Harus dibahas termasuk kriterianya seperti apa,” pungkasnya.