RADARBANDUNG.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Politeknik STTT Bandung melahirkan 325 lulusan di bidang tekstil dan produk tekstil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja kompeten demi mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing global.
Di mana lulusan dari kampus tersebut 87 persen bisa langsung terserap oleh industri hanya dalam satu tahun setelah kelulusannya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan menyampaikan bahwa pembangunan SDM industri kompeten menjadi salah satu program prioritas Kemenperin, yang dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.
Masrokhan mengatakan bahwa peluang pekerjaan untuk lulusan pendidikan vokasi masih tinggi. Termasuk di sektor industri tekstil yang permintaannya terus bertambah setiap tahun.
“Industri ini padat modal dan padat karya, jadi permintaan SDM-nya luar biasa,” kata Masrokhan usai mengikuti kegiatan Wisuda Politeknik STTT Bandung, Sabtu (23/11/2024).
Menurutnya, permintaan SDM di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih banyak, tercermin ketika dia mendatangi kegiatan pendidikan vokasi tekstil di Solo, Jawa Tengah, 100 persen lulusannya sudah siap ditempatkan dan langsung bekerja.
Bahkan, kemudahan mendapatkan pekerjaan untuk lulusan vokasi tidak terlepas dari berbagai kegiatan pendidikan termasuk link and match dengan industri. Sehingga kebutuhan industri bisa diselaraskan pada sektor pendidikan ketika mahasiswa tersebut menimba ilmu.
Menurutnya, bukan hanya dalam negeri, banyak mahasiswa bokasi yang jufa magang di luar negeri. “Termasuk dari kampus ini yang ada 15 orang sudah berada di Cina,” kata dia.
Direktur Politeknik STTT Bandung R. Arief Dewanto mengatakan, pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk para mahasiswa saat ini dilakukan dengan pengembangan platform T-Car (Textile Career and Development Center) sebagai jembatan antara lulusan sebagai pencari kerja dan perusahaan sebagai penyedia lapangan kerja. Ketersediaan tenaga kerja yang kompeten merupakan prasyarat terwujudnya industri nasional yang mandiri, maju, dan berdaya saing.
Menurutnya, tqntangan perkembangan ekonomi internasional tidak lagi terbatas pada perdagangan komoditi tetapi juga pasar bebas tenaga kerja yang diberlakukan di regional ASEAN Untuk itu, pembangunan tenaga kerja industri kompeten menjadi kebutuhan mendesak yang dilakukan melalui pendidikan vokasi industri. Sektor tekstil Indonesia merupakan salah satu sektor industri strategis dengan kontribusi besar pada perekonomian nasional.
Untuk mendukung daya saing industri tekstil yang tinggi, diperlukan SDM yang memiliki pengetahuan mendalam tentang proses produksi, pengendalian kualitas, serta efisiensi dalam produksi massal.
“Lulusan kami, dengan pemahaman mendalam di berbagai proses tekstil, kompetensi yang tinggi, aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan industri saat ini, sangat relevan dalam memenuhi kebutuhan tersebut,” katanya.
“Dan wajar jika permintaan dari industri terhadap lulusan kami tetap tinggi. Hal ini terasa dari permintaan lulusan pada tahun 2024 mencapai 622 posisi dari 197 industri,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPVI) Kemenperin, Wulan Aprilianti Permatasari menuturkan, inovasi dalam sektor pendidikan vokasi juga harus ditingkatkan para pendidik. Di sektor tekstil misalnya, sekarang trennya sedang mengarah pada green job hingga green industry. Kompetisi untuk menyelarasakan pada kebutuhan ini yang harus dilakukan pihak kampus sehingga ketika mahasiswa lulus mereka bisa menyesuaikan dengan kebutuhan di masa depan.
“Untuk vokasi kesempatannya luas langsung diterima di industri. Kami yakin sekolah vokasi khususnya dari Kementerian Perindustrian ini kompetensinya dan spesialisasinya sudah diakui karena sekarang saja banyak yang sudah melakukan kerja sama dengan uni sekolah kami,” kata Wulan. (pra)