RADARBANDUNG.id – Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Nuswantoro Manunggal Jati meresmikan kerja sama strategis melalui penandatanganan Nota Kesepahaman. Program kerja sama ini berfokus pada penelitian, pengembangan industri hilirisasi mineral dan material nano, sebuah langkah yang sejalan dengan visi Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran, khususnya pada poin kelima tentang melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Acara penandatanganan yang berlangsung di kampus ITB Bandung dihadiri oleh Noor Mustaqim, Direktur Utama PT Nuswantoro Manunggal Jati, dan Prof. Dr. Brian Yuliarto, Ph.D., Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB. Nota Kesepahaman ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pendidikan, penelitian, hingga kolaborasi riset yang berfokus pada solusi praktis bagi industri. Turut hadir dalam penandatanganan ini direksi PT NMJ Bambang Wibowo, dan Pangeran Jaya Gending, sementara dari FTI hadir pula Prof Ari Widyanti Wakil Dekan FTI.
Hilirisasi mineral dan pengembangan material nano menjadi isu strategis yang relevan dengan arah pembangunan nasional. Dalam sambutannya, Prof. Brian Yuliarto menegaskan pentingnya kerja sama ini untuk mendukung kemandirian industri dalam negeri.
“Indonesia memiliki potensi mineral yang sangat besar. Dengan hilirisasi yang tepat, kita dapat meningkatkan nilai tambah dari bahan mentah menjadi produk berteknologi tinggi. Rekayasa nano material juga memungkinkan peningkatan fungsi material agar memiliki nilai tambah tinggi. Kerja sama ini selaras dengan Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran, khususnya dalam mewujudkan industrialisasi berbasis riset dan inovasi untuk memperkuat daya saing nasional,” ujar Prof. Brian.
Kerja sama ini mencakup empat bidang utama:
1. Penelitian dan Pengembangan Material Nano – Fokus pada pengembangan teknologi berbasis material nano untuk berbagai aplikasi industri.
2. Hilirisasi Mineral – Pengembangan industri proses pengolahan sumber daya mineral untuk meningkatkan nilai tambah.
3. Pelatihan dan Transfer Teknologi – Menyiapkan tenaga ahli yang dapat mengimplementasikan hasil riset ke industri.
4. Kegiatan Ilmiah dan Kajian Strategis – Seminar, lokakarya, dan kajian untuk memfasilitasi inovasi berkelanjutan.
Noor Mustaqim menyoroti bahwa kerja sama ini adalah langkah nyata dalam mendukung agenda industrialisasi pemerintah. “Hilirisasi mineral tidak hanya soal pengolahan sumber daya, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berdampak langsung pada ekonomi nasional. Dengan pendekatan berbasis riset seperti ini, kita bisa memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok global,” ungkap Noor.
Hilirisasi dan industrialisasi merupakan bagian penting dari transformasi ekonomi yang dicanangkan pemerintah. Kerja sama ini menunjukkan bagaimana sinergi antara dunia industri dan akademisi dapat menjadi katalisator bagi inovasi.
“Melalui program ini, kami ingin menunjukkan bahwa teknologi adalah alat untuk membangun kemandirian. Ini bukan hanya kerja sama antara ITB dan PT Nuswantoro Manunggal Jati, tetapi kontribusi kami bagi Indonesia,” tegas Prof. Brian.
Dengan adanya Nota Kesepahaman ini, FTI ITB dan PT Nuswantoro Manunggal Jati diharapkan mampu menciptakan inovasi-inovasi strategis di bidang teknologi material nano dan hilirisasi mineral, sekaligus menciptakan industrialisasi yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan. Langkah ini menjadi salah satu pijakan penting menuju Indonesia Emas 2045. (pra)