RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Program Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) yang diinisiasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat tak hanya menjadi penyeimbang harga komoditas, tetapi juga menunjukkan pendekatan strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Sepanjang tahun 2024, Opadi yang diinisiasi Disperindag Jawa Barat telah digelar empat kali, termasuk menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.
Kepala Disperindag Jawa Barat, Noneng Komara Nengsih, mengungkapkan bahwa pelaksanaan Opadi di akhir tahun ini didasarkan pada kajian akademis dari berbagai perguruan tinggi, sehingga lebih terfokus pada daerah-daerah yang benar-benar membutuhkan intervensi.
Baca Juga : Disperindag Jabar Gelar Operasi Pasar Murah
“Ini bukan hanya soal subsidi harga, tetapi bagaimana kita menjaga keterjangkauan kebutuhan pokok bagi masyarakat dengan pendekatan yang tepat sasaran,” ujar Noneng, Kamis (19/12/2024).
Opadi Nataru kali ini menargetkan 56.450 paket, dengan 42.165 paket berhasil tersalurkan.
Komoditas yang disediakan meliputi minyak goreng kemasan, gula putih, dan beras premium, yang disalurkan di 10 kabupaten/kota mulai 4 hingga 10 Desember lalu.
Baca Juga : Operasi Pasar Murah, Disperindag Jabar Sasar 125 Ribu Keluarga Tak Mampu
Keunikan dari program ini adalah pelibatan pemerintah daerah dalam menentukan lokasi pelaksanaan. Dengan basis data yang lebih akurat, setiap penerima manfaat didata menggunakan KTP dan mendapatkan kupon pembelian.
“Daerah lebih tahu kondisi masyarakatnya, sehingga lokasi pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan,” tambah Noneng.
Strategi ini, menurut Noneng, tidak hanya membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, tetapi juga menjaga daya beli masyarakat.
Baca Juga : Disperindag Jabar Beberkan Proses Bantuan Keuangan Revitalisasi Pasar Rakyat
“Kami bersyukur inflasi masih terkendali hingga akhir tahun, di bawah angka 2,5 persen,” jelasnya.
Keberhasilan Opadi tak lepas dari sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Noneng menilai bahwa pemerintah daerah semakin sadar akan pentingnya intervensi pasar dalam menjaga stabilitas harga.
“Daerah sudah mulai menjalankan pola serupa, sehingga dampak pengendalian harga lebih merata. Kesadaran ini menjadi langkah positif untuk melindungi masyarakat dari gejolak harga,” ujarnya.
Pantau tren harga secara intensif
Berbeda dengan pendekatan reaktif, Disperindag Jabar mengambil langkah proaktif dengan memantau tren harga secara intensif. Noneng menyebutkan bahwa intervensi pasar dilakukan sebelum kenaikan harga terjadi.
“Kami tidak menunggu inflasi, tetapi bergerak sebelum gejolak terjadi. Ini yang membuat harga tetap stabil sepanjang tahun,” tegasnya.
Opadi Jabar 2024 menjadi bukti nyata bahwa kebijakan berbasis data, sinergi lintas pemerintah, dan pendekatan proaktif dapat menjadi solusi efektif dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Dengan model yang semakin matang, Opadi diharapkan dapat terus menjadi instrumen strategis dalam menjaga stabilitas harga, melindungi masyarakat, dan mengendalikan inflasi di tahun-tahun mendatang.(cr1)