RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Menghadapi tantangan darurat sampah di Kota Bandung, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Tamansari Tuntas menawarkan pendekatan inovatif yang berfokus pada pengelolaan sampah organik. Dengan menggunakan maggot (larva lalat Black Soldier Fly), KSM ini berhasil mengolah sampah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat, seperti pupuk kompos. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi beban tempat pembuangan sampah (TPS), tetapi juga mendorong pola hidup berkelanjutan di masyarakat.

Inovasi ini menjadi langkah konkret dalam mengurangi beban sampah yang dikirim ke TPS di Kota Bandung. Foto-foto. For Radar Bandung
Ketua KSM Tamansari Tuntas, Handoyo, menjelaskan KSM Tamansari Tuntas mengumpulkan sampah organik dari 20 RW di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan. Sampah yang terkumpul mencapai 8 kuintal (800 kg) per hari, yang terdiri dari dedaunan kering, buah-buahan busuk, dan sisa makanan. Sampah ini kemudian diolah di TPS 3R Tamansari menggunakan maggot, yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurai sampah organik dengan cepat.
Handoyo pun menjelaskan bahwa maggot tidak hanya membantu mempercepat proses penguraian sampah, tetapi juga menghasilkan produk akhir berupa kompos. Kompos ini didistribusikan secara gratis kepada petani untuk mendukung pertanian lokal. Meski belum dijual secara komersial, langkah ini menunjukkan potensi besar pengelolaan sampah berbasis maggot untuk mendukung ekonomi sirkular.
“Yang kita kejar sekarang adalah bagaimana caranya kita memproses sampah. Jadi, hasilnya sementara didistribusikan ke petani tanpa biaya,” ujarnya.
Menurut Handoyo, keberhasilan pengelolaan sampah organik sangat bergantung pada edukasi masyarakat dan kesadaran mereka untuk memilah sampah. Pemilahan sampah sejak dari sumbernya menjadi langkah awal yang sangat penting untuk memastikan sampah organik dapat diolah secara efektif.
“Harapannya, warga semakin terarah dan sadar untuk memilah sampah. Dukungan dari RW dan pengurus lainnya juga sangat membantu untuk mengurangi jumlah sampah,” jelasnya.
Handoyo juga menekankan bahwa pengelolaan sampah ini tidak hanya tanggung jawab KSM, tetapi juga membutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah dan lembaga terkait. Dukungan logistik, seperti penyediaan alat pengolahan sampah, sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas program ini. Inisiatif ini memiliki potensi besar untuk menjadi solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Kota Bandung. Dengan melibatkan maggot, proses penguraian sampah menjadi lebih cepat, ramah lingkungan, dan hemat biaya. Selain itu, pupuk kompos yang dihasilkan dapat mendukung pertanian lokal dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Namun, Handoyo menambahkan tantangan utama yang dihadapi, Tidak semua masyarakat memahami pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Edukasi berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan partisipasi warga. Peralatan dan fasilitas pengolahan sampah yang memadai masih menjadi kebutuhan mendesak untuk memperluas jangkauan program.
“Saat ini, kompos yang dihasilkan belum dijual secara komersial. Pengembangan strategi pemasaran diperlukan untuk menjadikan pengelolaan sampah ini lebih mandiri secara finansial,” ungkapnya.
Handoyo berharap program ini dapat terus berkembang dengan dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait. Selain itu, ia juga mendorong warga untuk semakin aktif berpartisipasi dalam upaya pengelolaan sampah, terutama melalui pemilahan sampah organik di tingkat rumah tangga. Melalui pendekatan inovatif seperti ini, KSM Tamansari Tuntas tidak hanya memberikan solusi bagi permasalahan sampah di Kota Bandung, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengelola sampah secara efektif dan berkelanjutan.(cr1)