RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat merilis data terbaru mengenai perkembangan ekspor dan impor wilayah Jawa Barat Desember 2024. Berdasarkan laporan resmi BPS, nilai ekspor Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya November 2024, pada saat yang sama impor mengalami kenaikan cukup signifikan mencapai 6,75 persen. Indikator positif menunjukkan dinamika perdagangan internasional Jawa Barat masih bergerak aktif, Jawa Barat menjaga performa ekspor stabil.
Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus menyatakan peningkatan ekspor dan impor merupakan indikator positif menunjukkan dinamika perdagangan internasional Jawa Barat masih bergerak aktif, meskipun ekonomi global sedang menghadapi berbagai tantangan, Jawa Barat tetap mampu menjaga performa ekspor yang stabil.
“Kenaikan ekspor sebesar 1,96 persen menunjukkan daya saing produk Jawa Barat tetap kuat di pasar global. Sisi lain peningkatan impor hingga 6,75 persen indikasi masih adanya ketergantungan terhadap bahan baku dan barang modal dari luar negeri,” ujar Darwis, Rabu (12/2/2025).
Darwis menjelaskan berdasarkan data BPS nilai ekspor Jawa Barat Desember 2024 tercatat mencapai 3,147 miliar USD, dari jumlah tersebut ekspor non-migas masih mendominasi dengan nilai 3,114 miliar USD, sementara ekspor migas tercatat mengalami kenaikan dari 18,75 juta USD November 2024 menjadi 32,80 juta USD Desember 2024.
“Produk-produk non-migas masih menjadi tulang punggung ekspor Jawa Barat. Hal ini menunjukkan industri manufaktur Jawa Barat tetap memiliki daya saing tinggi,” jelas Darwis.
Baca juga: Simak Penjelasan BPS Tentang Nilai Ekspor Alas Kaki Selama 2024 di Jawa Barat
Darwis mengungkapkan dalam hal tujuan ekspor Amerika Serikat tetap menjadi mitra dagang utama bagi Jawa Barat. Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar Desember 2024, Amerika Serikat sebesar 502,70 juta USD, Filipina sebesar 256,99 juta USD, Jepang sebesar 218,35 juta USD. Data tersebut terlihat pasar ekspor Jawa Barat dominasi negara dengan ekonomi kuat, terutama Amerika Serikat yang secara konsisten menjadi pasar utama bagi produk asal Jawa Barat.
Menurutnya selain ekspor yang mengalami peningkatan, impor Jawa Barat juga mengalami lonjakan yang cukup besar, Desember 2024 total impor mencapai 1,170 miliar USD, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 1,018 miliar USD, kenaikan impor sebagian besar disebabkan meningkatnya permintaan bahan baku industri dan barang modal, menunjukkan sektor industri Jawa Barat masih sangat bergantung pada impor untuk mendukung proses produksinya.
“Kenaikan impor didominasi barang non-migas yang menjadi kebutuhan utama industri manufaktur. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Jawa Barat untuk mengembangkan industri hulu agar ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi,” ungkapnya.
Darwis menyampaikan negara asal impor terbesar Desember 2024, Tiongkok sebesar 371,16 juta USD, Jepang sebesar 167,51 juta USD, Korea Selatan sebesar 145,22 juta USD. Tiongkok masih menjadi pemasok utama bagi Jawa Barat, terutama untuk barang industri, bahan baku elektronik dan komponen otomotif. Jepang dan Korea Selatan juga memiliki peran penting dalam memasok mesin dan peralatan industri wilayah Jawa Barat.
Darwis mengatakan secara keseluruhan tren ekspor dan impor Jawa Barat sepanjang tahun 2024 menunjukkan pola fluktuatif, tetapi tetap dalam kondisi yang stabil. Data menunjukkan ekspor mencapai puncaknya Mei 2024 dengan nilai 3,339 miliar USD, sementara impor tertinggi terjadi Juli 2024 dengan nilai 1,220 miliar USD.
Baca juga: UMKM Binaan BI Jabar, CV. Kahla Global Persada Sukses Ekspor Keripik Tempe ke Arab Saudi
“Sepanjang tahun 2024 ekspor dan impor Jawa Barat tetap tumbuh meskipun dihadapkan tantangan ekonomi global. Tren menunjukkan Jawa Barat masih menjadi salah satu pusat industri dan perdagangan utama di Indonesia,” ujar Darwis.
Darwis mengingatkan peningkatan impor yang cukup tinggi perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah. Jika ketergantungan terhadap bahan baku impor terus berlanjut, daya saing industri dalam negeri bisa terancam. Strategi jangka panjang memperkuat industri lokal dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Darwis optimis capaian ekspor yang tetap kuat dan meningkatnya aktivitas impor, prospek perdagangan Jawa Barat tahun 2025 diperkirakan masih akan positif. Pemerintah daerah dan pelaku usaha dapat terus meningkatkan nilai tambah produk ekspor, mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
“Untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan, strategi industrialisasi yang lebih kuat harus diterapkan, termasuk meningkatkan investasi sektor manufaktur, memperkuat riset dan pengembangan teknologi, serta meningkatkan efisiensi produksi,” ujar Darwis.
Darwis menambahkan stabilitas politik pasca-Pilpres dan Pilkada 2024 menjadi faktor pendorong utama bagi investor untuk semakin percaya menanamkan modal, peningkatan daya saing Indonesia tingkat global memberikan dampak positif terhadap persepsi investor asing.
Baca juga: Radja Nainggolan Ditangkap Kepolisian Brussels atas Kasus Perdagangan Kokain
“Naiknya peringkat daya saing global Indonesia posisi 27 dalam IMD World Competitiveness Ranking menunjukkan iklim investasi dan kemudahan berbisnis di Indonesia semakin baik. Jawa Barat salah satu pusat ekonomi nasional harus bisa manfaatkan momentum untuk menarik lebih banyak investasi,” tegasnya.
Darwis berharap dengan kondisi ekonomi relatif stabil dan prospek ekspor masih menjanjikan, Jawa Barat dapat terus memperkuat perannya sebagai pusat industri dan perdagangan nasional. Tantangan mengurangi ketergantungan terhadap impor tetap harus menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan pelaku usaha tahun selanjutnya.(dsn)