RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Ketidakpastian ekonomi global dan domestik mendorong masyarakat Indonesia berbondong-bondong berinvestasi emas. Tak hanya kalangan atas, tren ini merambah seluruh lapisan masyarakat, dari pembeli pemula hingga investor kawakan, seiring harga emas yang terus menanjak tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Salah satu konsumen emas di Bandung, Raisa Meiyda Nanda mengungkapkan momentum ini memperlihatkan emas kembali menjadi primadona. Di tengah tekanan nilai tukar rupiah yang melemah, inflasi yang mengintai, serta tensi geopolitik global yang meningkat, emas dinilai sebagai instrumen safe haven paling aman untuk menyimpan kekayaan.
Raisa Meiyda menambahkan produk yang ditawarkan pun semakin beragam. Mulai dari emas batangan ukuran 1 gram hingga 1 kilogram, emas mikro seperti baby gold seukuran 0,001 gram, perhiasan dengan model kekinian, hingga emas souvenir yang dapat dicustom sesuai permintaan. Bahkan, kini tersedia emas batangan seberat 12,5 kilogram yang menyasar segmen investor besar.
Raisa Meiyda Nanda, mengaku memilih emas sebagai bentuk investasi jangka panjang.
“Habis terima THR, bingung uangnya mau disimpan di mana. Kalau masuk rekening, cepat habis. Emas jadi solusi yang paling aman. Pilihannya juga banyak, bisa disesuaikan dengan bujet,” ujarnya Raisa Meiyda, Jl. Pungkur, Kota Bandung, Senin (14/4/2025).
Fenomena peningkatan pembelian emas ini turut diamini Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kanwil Jawa Barat, Dede Kurniawan, mengatakan animo masyarakat terhadap emas meningkat signifikan pascalibur Lebaran.
“Alhamdulillah, minat masyarakat terhadap emas cukup tinggi. Sekitar 75 persen permintaan didominasi oleh emas batangan ukuran 5 gram hingga 100 gram. Sisanya, 25 persen, berasal dari produk emas perhiasan,” ujar Dede Kurniawan.
Menurut Dede, emas dipandang sebagai pilihan ideal karena bersifat likuid, tahan inflasi, serta cenderung stabil meski situasi global sedang gonjang-ganjing.
“Apalagi harga emas diprediksi masih akan terus naik dalam waktu dekat. Masyarakat semakin yakin emas adalah instrumen investasi yang aman dan menguntungkan,” tambah Dede.
Dede menjelaskan data harga menunjukkan lonjakan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pada awal April 2025, harga emas Antam tercatat sebesar Rp1.758.000 per gram. Namun, 11 April, harga naik menjadi Rp1.889.000 per gram, dan kembali meningkat ke Rp1.904.000 per gram pada 12 hingga 13 April. Pada 14 April, harga terkoreksi tipis menjadi Rp1.896.000 per gram.
Sementara itu, Dede menambahkan harga emas di Pegadaian bahkan melampaui harga Antam, yakni Rp1.964.000 per gram pada 14 April 2025. Untuk harga buyback (jual kembali), Antam mencatat angka Rp1.754.000 per gram pada 13 April.
Ekonom Universitas Islam Nusantara (Uninus) dan praktisi keuangan, Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy, menilai lonjakan harga emas dipicu oleh berbagai faktor global, termasuk konflik geopolitik yang memanas di Timur Tengah dan Eropa.
“Situasi konflik global membuat investor global mencari instrumen lindung nilai, dan emas selalu menjadi pilihan utama,” ungkap Rizaldy.
Rizaldy menambahkan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas turut memperburuk ketidakpastian ekonomi dunia.
Menurut Rizaldy, dari sisi domestik, pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menyentuh Rp16.970 per dolar AS membuat emas semakin dilirik sebagai aset penyimpan nilai.
Rizaldy juga menyebut ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika (The Fed) dan pelemahan dolar AS memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia ini.
“Permintaan tinggi dari bank sentral negara-negara berkembang turut mendorong tren bullish harga emas. Dengan kondisi seperti ini, potensi emas untuk menembus rekor tertingginya sangat terbuka,” ujar Rizaldy.
Namun, Rizaldy mengingatkan agar masyarakat tidak gegabah dalam membeli emas.
“Emas memang aman, tapi tetap harus punya strategi. Jika asal beli tanpa perhitungan, bisa-bisa untungnya minim, bahkan bisa rugi,” tegas Rizaldy.
Rizaldy mengungkapkan agar investasi emas tetap menguntungkan masyarakat diharapkan beli dari tempat resmi seperti Antam, UBS, atau toko emas bersertifikat untuk menjamin keaslian dan nilai jual kembali. Perhatikan selisih harga jual-beli (spread), emas batangan biasanya memiliki spread lebih kecil dibanding emas perhiasan.
Rizaldy menambahkan pilih ukuran emas yang tepat, ukuran 5 gram ke atas lebih efisien dan cepat balik modal saat harga naik. Simpan sertifikat dan bukti pembelian, ini penting untuk proses jual kembali agar tidak rugi. Pahami momentum beli dan jual, jangan ikut-ikutan beli saat harga sedang tinggi. Gunakan dana non-darurat, emas cocok untuk investasi jangka menengah hingga panjang.
Rizaldy menyampaikan situasi ekonomi global yang belum stabil, pelemahan rupiah, serta prediksi penurunan suku bunga global, harga emas diperkirakan masih berpotensi naik. Namun, investor disarankan tetap berhati-hati dan tidak sekadar tergiur tren.
“Emas bisa menjadi pelindung kekayaan yang sangat kuat, asalkan dipahami dan dijalankan dengan strategi yang tepat,” pungkas Rizaldy.(dsn)