News

Gerakan Empati untuk Ibu dan Lansia, Pemkot Bandung Luncurkan Program Nyaah ka Indung

Radar Bandung - 14/04/2025, 23:41 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan usai menghadiri peluncuran program, di Balai Kota Bandung. (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNGPemerintah Kota Bandung resmi meluncurkan program Nyaah ka Indung, sebuah inisiatif kolaboratif yang menggugah nurani, didedikasikan untuk meningkatkan perhatian terhadap kelompok rentan, khususnya para ibu dan lansia. Program ini merupakan bagian dari kesepakatan lintas kepala daerah se-Jawa Barat yang diinisiasi langsung oleh Gubernur Dedy Mulyadi, dan telah disepakati bersama pada 7 April 2025.

Peluncuran program digelar di Balai Kota Bandung, Senin (14/4/2025), dan dihadiri langsung oleh Wali Kota Bandung Muhammad Farhan.

Farhan menekankan pentingnya membangun kesadaran kolektif untuk kembali menempatkan ibu-ibu dan perempuan lansia sebagai subjek utama dalam pembangunan sosial dan kesehatan.

“Pagi ini kita memulai langkah penting dengan meluncurkan Nyaah ka Indung sebagai bentuk empati dan aksi nyata untuk kelompok yang selama ini kerap berada di garis paling belakang dalam prioritas kebijakan,” ujar Farhan di Balai Kota Bandung, Senin (14/4/2025).

Farhan menyampaikan perempuan, khususnya yang sudah memasuki usia lanjut atau menyandang disabilitas, termasuk ke dalam kelompok masyarakat yang paling rentan secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan ini tidak hanya bersifat teknokratis, tetapi juga dibangun di atas fondasi rasa peduli dan kasih sayang.

“Program ini dirancang untuk menghidupkan kembali empati masyarakat, terutama aparatur sipil negara, agar lebih peka terhadap kebutuhan ibu-ibu dan lansia. Ini bukan semata-mata soal program kerja, tapi soal kemanusiaan,” tegasnya.

Menurutnya, Nyaah ka Indung sendiri merupakan pengembangan dari layanan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), dengan pendekatan yang lebih holistik dan menyentuh sisi emosional masyarakat. Melalui program ini, Pemkot Bandung akan memastikan para ibu dan lansia mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap layanan kesehatan, pemenuhan gizi, serta pembinaan psikososial yang berkelanjutan.

Farhan menegaskan pelaksanaan program ini akan dievaluasi secara berkala setiap tiga bulan, dengan evaluasi menyeluruh dilakukan pada akhir semester pertama. Evaluasi tersebut bukan dimaksudkan untuk menghentikan program, melainkan sebagai langkah perbaikan berkelanjutan agar program tetap relevan dan efektif.

“Di akhir bulan ketiga kita lakukan evaluasi awal. Kemudian, di bulan keenam kita lakukan evaluasi total. Tujuannya bukan untuk menghentikan, tapi menyempurnakan. Ini adalah program yang harus terus tumbuh dan beradaptasi,” jelasnya.

Farhan menambahkan lebih dari sekadar kebijakan kesehatan, Nyaah ka Indung merupakan bentuk konkret dari keberpihakan pemerintah terhadap para perempuan yang telah berjasa besar dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Farhan menyebut, kehadiran program ini juga diharapkan dapat mempercepat penguatan Posbindu di setiap lingkungan masyarakat, yang selama ini menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan mencegah penyakit degeneratif di kalangan lansia.

“Saya ingin dalam enam bulan ke depan, Posbindu bisa hadir lebih luas dan aktif. Karena meskipun Posyandu sudah berjalan, tantangan besar kita ada di kalangan lansia yang rentan penyakit degeneratif. Dan mereka butuh perhatian khusus, bukan hanya dari pemerintah, tapi dari seluruh elemen masyarakat,” tambahnya.

Farhan menyampaikan program Nyaah ka Indung menjadi simbol membangun kota bukan hanya tentang infrastruktur, melainkan juga tentang menyentuh hati dan merawat yang paling rentan.

“Melalui semangat gotong royong dan empati, Bandung dapat membuktikan kota yang baik adalah kota yang peduli pada “indung-indung”-nya,” pungkasnya.(dsn)