RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Musim haji tahun 2025 dibuka dengan kabar duka. Seorang jemaah calon haji dilaporkan wafat di dalam pesawat saat dalam perjalanan menuju Tanah Suci. Peristiwa ini menyentak kesadaran banyak pihak, termasuk Ustadz Ikhsan Syaban, pembimbing ibadah haji dan umrah dari PT Madinah Pratama Wisata. Dalam ceramahnya, Jumat (9/5/2025), ia mengingatkan kematian bisa datang kapan saja, bahkan saat seseorang tengah dalam perjalanan suci untuk beribadah kepada Allah SWT.
“Ketika maut memanggil, tidak ada tempat yang bisa jadi pengecualian, bahkan ibadah sekalipun tak luput dari takdir. Ini menjadi pengingat, bahwa kita harus total dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah haji yang begitu sakral,” ujar Ustadz Ikhsan.
Ia menekankan ibadah haji bukanlah perjalanan biasa. Wukuf di Arafah disebutnya sebagai miniatur dari Padang Mahsyar, tempat manusia kelak dikumpulkan. Sementara ritual melempar jumrah, menurutnya, bukan sekadar simbolik, tetapi mengenang perjuangan Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail AS, dalam melawan godaan setan.
“Ibadah haji itu prosesnya panjang. Dari niat, daftar, hingga akhirnya berangkat, semuanya butuh waktu, kesabaran, dan pengorbanan. Tapi bila haji itu diterima sebagai mabrur, balasannya bukan main: surga,” ungkap ustadz yang juga dikenal aktif sebagai dai kemanusiaan itu, mengutip hadits riwayat Imam Bukhari.
Lebih lanjut, ia menekankan haji adalah panggilan, bukan semata urusan finansial. Banyak orang secara ekonomi sangat mampu, tetapi belum mendapat izin dari Allah untuk menunaikan ibadah haji. Sebaliknya, tidak sedikit rakyat kecil yang justru dimudahkan jalannya menuju Baitullah.
“Kita lihat ada tukang bubur, tukang sol sepatu, petani, mereka bisa berangkat. Allah bukakan jalan dari arah yang tak disangka-sangka. Maka jangan sombong bila kita mampu, dan jangan kecil hati bila kita merasa belum layak,” tambah Ustadz Ikhsan.
Ia juga menekankan pentingnya kesiapan lahir dan batin. Menurutnya, siapa pun yang berangkat haji tahun ini harus menyadari bahwa belum tentu mereka pulang kembali ke tanah air.
“Bisa jadi dari Mekkah, kita langsung pulang ke hadapan Allah SWT. Maka bersungguh-sungguhlah. Perbanyak talbiyah, istigfar, dan sholawat selama perjalanan,” jelasnya.
Sebagai penutup, Ustadz Ikhsan memaparkan tiga ciri utama dari haji yang mabrur. Pertama, tutur kata yang selalu dijaga dalam kebaikan. Kedua, senantiasa menebar salam dan menciptakan kedamaian di tengah umat. Ketiga, gemar memberi makan kepada orang lain, sebuah wujud nyata dari nilai sosial Islam yang luhur.
“Kalau seseorang pulang dari haji dan membawa perubahan positif, itulah tanda kemabruran yang sesungguhnya,” tegasnya.
Musim haji bukan hanya tentang perjalanan fisik ke Tanah Suci, tetapi juga perjalanan batin menuju kesucian diri.
“Setiap langkah dalam ibadah haji adalah bagian dari persiapan pulang, bukan hanya ke tanah air, tetapi ke kampung akhirat,” pungkasnya.(dsn)