News

Konsep Transformasi Angkutan Kota Bandung, Layanan Pintar, Jemput Penumpang Lewat Aplikasi

Radar Bandung - 25/06/2025, 18:28 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Ilustrasi. Angkutan Kota Bandung saat ini, ketika sedang beroperasi melayani penumpang. (Taofik Achmad Hidayat/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNGPemerintah Kota Bandung menggelar langkah besar dalam perombakan sistem transportasi publik. Lewat program bertajuk Angkot Pintar, Kota Kembang bersiap meninggalkan sistem angkot konvensional dan menggantinya dengan layanan berbasis teknologi aplikasi yang lebih modern, nyaman, dan efisien.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyebut proyek ini sebagai langkah transformasi menyeluruh, bukan sekadar peremajaan angkutan kota. Dengan target peluncuran pada 2026, sistem baru ini akan memungkinkan warga memesan angkot melalui aplikasi, dijemput di titik halte digital terdekat, dan menikmati fasilitas laiknya transportasi modern.

“Ini bukan sekadar revitalisasi angkot, melainkan transformasi menyeluruh terhadap wajah layanan angkutan kota. Kita sedang membangun sistem angkot pintar berbasis aplikasi, lengkap dengan layar informasi di dalam kendaraan, koneksi Wi-Fi, navigasi digital, hingga sistem langganan yang ramah dompet,” ujar Farhan di Balai Kota Bandung, Rabu (25/6/2025).

Farhan menjelaskan konsep sistem kerja Angkot Pintar akan menyerupai layanan ride-hailing yang kini sudah akrab bagi masyarakat urban. Namun, berbeda dengan transportasi daring yang berorientasi individu, Angkot Pintar dirancang untuk melayani penumpang kolektif secara efisien. Cukup buka aplikasi, pilih titik jemput, lalu tunggu kendaraan menjemput di halte khusus.

“Konsepnya mirip ride-hailing, tapi ini untuk publik. Pengguna cukup berdiri di titik jemput, lalu angkot akan tiba sesuai jadwal. Bisa satu orang atau beberapa orang dalam satu titik yang sama. Tidak perlu rebutan, tidak perlu menunggu lama,” jelas Farhan.

Menurutnya, Pemkot Bandung akan membangun 500 titik jemput di setiap wilayah operasional. Kota akan dibagi menjadi tiga zona besar yakni Bandung Utara, Bandung Tenggara, dan Bandung Barat Daya. Dengan proyeksi tersebut, kebutuhan armada diperkirakan mencapai 5.000 unit, semuanya terintegrasi dengan sistem digital yang sama.

Farhan mengungkapkan salah satu pembaruan paling revolusioner dalam program ini adalah sistem pembayaran. Jika sebelumnya angkot menggunakan sistem tarik setoran harian, kini akan diterapkan model berlangganan bulanan. Penumpang cukup membayar Rp100.000 per bulan, tanpa batas jumlah perjalanan selama masa langganan.

“Ini bukan sistem potong per naik. Konsepnya mirip kartu transportasi bulanan. Jadi makin sering digunakan, makin efisien dan murah. Kita ingin warga bisa beraktivitas tanpa khawatir ongkos,” ungkap Farhan.

Melalui model ini, ia menambahkan Pemkot juga berharap mampu menghapus tekanan ekonomi pada pengemudi angkot yang selama ini terbebani setoran harian. Pengemudi nantinya akan menerima insentif berdasarkan jumlah perjalanan dan kualitas layanan, bukan berdasarkan jumlah penumpang yang naik.

Farhan menegaskan Angkot Pintar bukan hanya soal digitalisasi, tetapi juga soal kualitas layanan. Setiap unit akan dilengkapi layar informasi digital, Wi-Fi gratis, navigasi berbasis SIM card, serta port pengisian daya untuk ponsel.

“Jangan sampai penumpang hanya mengandalkan gawai. Kita pasang layar digital di dalam kendaraan. Jadi kalau handphone mati atau rusak, informasi masih bisa diakses dari dalam angkot,” tegasnya.

Lebih lanjut, Farhan pun mengungkapkan pembaruan ini juga mencakup tampilan visual dan kebersihan armada, dengan desain yang lebih modern, ramah difabel, dan memperhatikan standar kenyamanan serta keselamatan.

Ia menambahkan untuk menjaga keamanan, Pemkot akan menetapkan jam operasional angkot pintar mulai pukul 06.00 hingga 22.00 WIB. Di luar jam tersebut, sistem akan berhenti menerima permintaan baru, kecuali dalam situasi darurat atau kondisi layanan khusus.

“Kami pertimbangkan aspek keamanan. Di atas jam 10 malam itu sudah masuk zona rawan. Maka layanan kita batasi. Bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga soal keselamatan pengguna dan pengemudi,” ujar Farhan.

Selain itu, Farhan menjelaskan proyek ambisius ini akan dibiayai sepenuhnya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung tanpa pinjaman luar. Farhan mengungkapkan total dana yang dibutuhkan mencapai Rp500 miliar, dengan rincian Rp340 miliar untuk subsidi Bus Rapid Transit (BRT), dan Rp150 miliar untuk pengembangan Angkot Pintar.

“Kita tidak akan gunakan pinjaman. Ini tanggung jawab yang harus kita ambil sebagai pemerintah. Tentu saja, semua akan dibahas bersama DPRD karena ini menyangkut kepentingan masyarakat luas,” tegasnya.

Program ini juga dirancang sebagai ruang kolaborasi antara Pemkot dengan berbagai pihak. Farhan memastikan koperasi angkot seperti Kopamas, Kobutri, dan Kobanteng, serta kalangan akademisi dan pelaku usaha lokal akan dilibatkan dalam penyusunan model bisnis hingga uji coba aplikasi.

“Kalau investor bisa datang dari mana saja. Tapi ide dan konsepnya harus lahir dari Bandung. Kita libatkan putra daerah, akademisi, pengusaha, koperasi, agar solusi ini benar-benar menjawab kebutuhan lokal,” pungkasnya.(dsn)