RADARBANDUNG.id – Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) meresmikan APINDO Expo & UMKM Fair 2025 di Kota Bandung sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (RAKERKONAS) APINDO ke-34.
Acara ini menghadirkan 34 stan dari pelaku UMKM anggota APINDO yang menampilkan ragam produk unggulan mulai dari kuliner, kriya, batik, hingga fesyen lokal.
Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani menekankan pentingnya peran UMKM dalam perekonomian Indonesia. Dengan jumlah lebih dari 66 juta unit, UMKM menyerap hingga 97 persen tenaga kerja nasional dan berkontribusi sekitar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Meski begitu, UMKM masih menghadapi hambatan besar untuk berkembang, khususnya dalam hal keterhubungan ke rantai pasok dan pasar global.
“Baru 7 persen UMKM yang terintegrasi dalam rantai pasok nasional, dan hanya 4,1 persen yang mampu menembus jaringan nilai global. Ini menjadi tantangan serius yang perlu kita jawab bersama,” ujar Shinta.
Mengusung semangat G.R.O.W (Grit, Resilience, Opportunity, Win Together), APINDO ingin mendorong terciptanya ekosistem kolaboratif yang memperkuat posisi UMKM dalam transformasi ekonomi Indonesia. Konsep “Indonesia Incorporated” pun digaungkan sebagai bentuk sinergi antara sektor publik, swasta, akademisi, dan masyarakat untuk membangun sistem ekonomi yang inklusif dan berdaya saing.
APINDO Expo & UMKM Fair bukan sekadar ajang promosi, tetapi juga menjadi momentum kolektif untuk mengangkat pelaku usaha kecil dan menengah sebagai penggerak utama ekonomi masa depan.
Ketua DPP APINDO Jawa Barat Ning Wahyu Astutik menyebut, pameran ini adalah ruang strategis yang menjembatani pelaku usaha, masyarakat, dan pemangku kepentingan.
“Acara ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kami yakin kemajuan ekonomi nasional bermula dari penguatan ekonomi akar rumput,” tutur Ning.
Ketua Bidang UMKM dan Koperasi APINDO, Ronald Walla, menyampaikan bahwa APINDO tidak hanya memberi panggung bagi UMKM, tetapi juga memperjuangkan kebijakan pro-UMKM dan memperkuat kemitraan usaha besar dengan usaha kecil.
“Melalui Expo ini, kami ingin menciptakan ruang bertumbuh, berinovasi, dan menjalin kemitraan strategis lintas sektor. Ini adalah bentuk nyata komitmen kami sebagai pendamping dan advokat UMKM,” ungkap Ronald.
Expo ini juga menghadirkan workshop tematik, pelatihan, diskusi kebijakan, penandatanganan MoU, serta peluncuran buku panduan ESG untuk UMKM. Topik seperti digitalisasi, pembiayaan inklusif, ekspor, dan inovasi usaha menjadi bagian penting dari sesi diskusi.
Hasil survei APINDO menunjukkan, 51 persen UMKM kesulitan akses pembiayaan, 80 persen masih mengandalkan modal pribadi, dan hanya segelintir yang berhasil masuk rantai pasok global. Ini menunjukkan perlunya strategi lintas sektor yang lebih terstruktur dan kolaboratif.
Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, APINDO menghadirkan program UMKM Merdeka (AUM) sebagai model pemberdayaan berbasis kolaborasi pentahelix. Tahun 2024 lalu, program ini telah menjangkau 425 UMKM di 9 provinsi, didampingi ratusan mentor, mahasiswa, dan mitra korporasi.
Untuk 2025, AUM dikembangkan lebih jauh lewat integrasi ke e-katalog pemerintah, sinergi dengan program Magang Berdampak dan PRIMA PTKI, serta penguatan aspek keberlanjutan melalui pengenalan konsep Green Jobs dan Green UMKM.
“Melalui APINDO UMKM Merdeka dan Expo 2025 ini, kami mengajak seluruh pelaku usaha untuk bersatu, membangun jaringan, dan menciptakan lompatan besar menuju kemandirian dan daya saing UMKM Indonesia,” pungkas Ronald. (pra)