News

Musim Kemarau Basah, Dinkes Kota Bandung Ingatkan Warga Waspadai Diare, ISPA, dan DBD

Radar Bandung - 06/08/2025, 10:56 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Ilustrasi DBD. Dok JawaPos

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Dinas Kesehatan Kota Bandung mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan demam berdarah dengue (DBD) yang cenderung meningkat selama musim kemarau basah.

Plt. Kepala Dinkes Kota Bandung, Sony Adam mengungkapkan selama Juli 2025, kasus diare mencapai rata-rata 126 kasus per hari, sementara ISPA menyentuh angka 1.238 kasus dalam sebulan.

“Angka tersebut menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat masih menjadi pekerjaan rumah besar. Masih banyak warga yang makan tanpa mencuci tangan, serta mengonsumsi makanan yang terbuka dan tidak higienis,” ujar Sony, Selasa (5/8/2025).

Untuk kasus DBD, meskipun jumlah harian tergolong lebih rendah, yaitu rata-rata 12 kasus per hari, Sony menilai ancaman DBD tetap harus diwaspadai.

“Banyak warga masih panik kalau mendengar anaknya terkena DBD, karena dianggap berisiko tinggi. Padahal pencegahan bisa dilakukan sejak dini,” ungkapnya.

Sony menyampaikan upaya fogging seringkali tidak maksimal karena masih ada warga yang menolak rumahnya di-fogging.

“Kalau satu kawasan tidak disemprot secara menyeluruh, nyamuk tetap hidup dan berpindah. Maka edukasi penting sebelum pelaksanaan,” jelasnya.

Ia menambahkan Dinas Kesehatan Kota Bandung juga terus mengembangkan program nyamuk ber-Wolbachia di tujuh kecamatan, termasuk Ujungberung dan Kiara Condong. Nyamuk ini diteliti mampu menekan penyebaran virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.

“Program ini butuh waktu. Efektivitasnya diperkirakan akan terlihat dalam lima tahun ke depan,” tambahnya.

Di tingkat provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Raden Vini Adiani Dewi, mencatat per Juli 2025, tercatat 22.306 kasus DBD dengan 85 kematian. Angka ini menurun dibanding lonjakan di awal tahun.

“Kematian tertinggi masih di usia produktif 15-44 tahun. Kota Bandung sempat jadi daerah tertinggi, tapi kini tak lagi masuk lima besar. Mungkin ini juga efek dari upaya pengendalian seperti Wolbachia,” jelasnya.

Selain penyakit menular, ia menambahkan Dinkes Jabar juga menjalankan skrining kesehatan jiwa di sekolah-sekolah melalui Puskesmas. Program ini bertujuan mendeteksi dini gangguan stres atau gangguan emosional siswa.

“Kami sudah latih petugas di Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dua menit. Ini bukan pengobatan, tapi screening awal,” jelas Vini.

Sementara itu, Sony menegaskan Dinkes Kota Bandung mengingatkan warga untuk mencuci tangan sebelum makan, menghindari makanan tidak bersih, serta menjaga daya tahan tubuh dengan makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat cukup.

“Perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama. Pemerintah hanya bisa mendorong dan memberi fasilitasi. Tapi kunci sehat tetap ada di tangan warga itu sendiri,” pungkas Sony.(dsn)