News

TPS Pasar Gedebage Olah 15 Ton Per Hari, Dorong Ekonomi Warga

Radar Bandung - 12/08/2025, 19:29 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Pasar Induk Gedebage, lokasi yang dulu kerap menjadi sorotan karena tumpukan sampah, kini tertata. (Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Pasar Induk Gedebage kini jauh berbeda dari beberapa tahun lalu. Lokasi yang dulu kerap menjadi sorotan karena tumpukan sampah menggunung selama berhari-hari, kini bersih, tertata, dan nyaris bebas bau menyengat.

Perubahan drastis ini lahir dari sistem pengelolaan modern yang dijalankan yang setiap hari mampu mengolah antara 11 hingga 15 ton sampah. Keberhasilan ini menjadikan Pasar Gedebage salah satu contoh sukses pengelolaan sampah terpadu di Kota Bandung.

Direktur Utama TPS Gedebage sistem pengelolaan modern, Aldi Ridwansyah mengatakan pihaknya berkomitmen penuh memaksimalkan pengolahan sampah organik yang sebagian besar berasal dari pedagang pasar. Hasilnya mulai terasa, tumpukan sampah lama yang sebelumnya menjadi pemandangan sehari-hari kini hilang sama sekali.

“Alhamdulillah, sekarang sudah tidak ada tumpukan sampah seperti dulu. Kalau ada timbulan, itu sampah baru, bukan yang sudah tiga hari atau seminggu lalu,” ujar Aldi saat ditemui di TPS Gedebage, Selasa (12/8/2025).

Aldi menjelaskan TPS Gedebage tidak hanya menangani sampah dari pedagang di pasar tersebut. Fasilitas ini juga menerima kiriman sampah dari wilayah lain, di antaranya Pasar Ujung Berung, pasar tumpah, dan beberapa kelurahan sekitar seperti Cepadung Wetan serta Mekarmulya. Setiap RW di wilayah mitra menyumbang rata-rata 400 kilogram sampah per hari. Seluruh sampah tersebut diolah tanpa dipungut biaya, karena biaya operasional TPS ditanggung oleh pemerintah melalui mekanisme tipping fee.

Direktur Business TPS Gedebage sistem pengelolaan modern, Ali Yusuf menambahkan pengelolaan sampah di TPS Gedebage telah melahirkan berbagai produk bernilai jual. Di antaranya kompos cair, kompos padat, cocopeat, hingga cocofiber yang dihasilkan dari pengolahan sabut kelapa.

“Serabut kelapa di Gedebage saja bisa mencapai 2-3 ton per hari. Selama ini kami menjualnya langsung ke perusahaan, tapi mulai September nanti kami akan mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi dengan menggandeng UMKM lokal,” ujar Ali.

Langkah tersebut, Ali menjelaskan sejalan dengan visi untuk tidak hanya menjadi pengelola sampah, tetapi juga penggerak ekonomi sirkular yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat. Melalui skema kemitraan, TPS Gedebage sistem pengelolaan modern akan menyediakan bahan baku kepada UMKM, sementara UMKM memproduksi barang jadi yang akan dipasarkan bersama dengan sistem profit sharing.

Ali menegaskan harga kompos hasil olahan TPS Gedebage bervariasi, mulai dari Rp2.000 hingga Rp5.000 per kilogram, bergantung pada komposisi dan permintaan pasar. TPS Gedebage sistem pengelolaan modern juga membuka pintu kerjasama seluas-luasnya bagi UMKM di Bandung.

Aldi Ridwansyah pun mengungkapkan melalui sistem pengelolaan ini, TPS Pasar Induk Gedebage tidak hanya berhasil mengurai permasalahan sampah, tetapi juga membuka lapangan kerja, menciptakan peluang usaha, dan memperkuat rantai ekonomi sirkular dari hulu hingga hilir.(dsn)