News

FTBI Jadi Langkah Revitalisasi Bahasa Daerah di Kab Bandung

Radar Bandung - 28/08/2025, 17:35 WIB
D
Darmanto
Tim Redaksi
Pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Bandung digelar di SDN Soreang 01, Kamis (28/8/2025). (eko sutrisno/radar bandung)

RADARBANDUNG.ID, SOREANG – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Bandung digelar di SDN Soreang 01, Kamis (28/8/2025), sebagai salah satu upaya revitalisasi bahasa daerah di kalangan generasi muda.

Kegiatan yang diinisiasi Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung ini diikuti lebih dari 400 pelajar dari 31 kecamatan. Mereka berkompetisi dalam tujuh mata lomba yang berfokus pada keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda.

Kabid Pendidikan Nonformal Disdik Kabupaten Bandung, Agus Deradjat menyatakan, FTBI bukan sekadar perlombaan, melainkan sarana pewarisan bahasa daerah agar tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi.

Revitalisasi bahasa daerah menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah daerah. Melalui FTBI, anak-anak kita didorong menjadi penutur aktif sekaligus bangga menggunakan bahasa Sunda,” ujar Agus, Kamis (28/8).

Ia menegaskan, dasar hukum pelestarian bahasa daerah telah tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Salah satunya melalui kebijakan muatan lokal di sekolah yang memungkinkan bahasa daerah terus diajarkan.

“Adapun lomba FTBI tahun ini mempertandingkan ngadongeng, biantara, maca sajak, carpon, ngabodor sorangan, nulis aksara Sunda, dan pupuh. Bentuk lomba tersebut diharapkan mampu menjaga keberlanjutan tradisi lisan maupun tulis masyarakat Sunda.,” ungkap dia.

Disdik Kabupaten Bandung menekankan, revitalisasi bahasa daerah melalui FTBI diharapkan memperkuat identitas budaya sekaligus menumbuhkan rasa bangga generasi muda terhadap warisan leluhur.

“Bahasa adalah identitas. Dengan FTBI, kita sedang membangun kembali ruang hidup bagi bahasa ibu di tengah derasnya pengaruh bahasa global,” tutup Agus.

Pelaksana kegiatan dari KKG Sunda, Hildawati menyebut, FTBI memberi ruang ekspresi sekaligus pembelajaran menyenangkan bagi siswa.

“Sebanyak 400 lebih peserta tampil dalam satu hari. Pemenang akan maju ke tingkat provinsi hingga nasional,” ujarnya.
Menurutnya, format festival ini penting agar generasi muda tidak hanya mempelajari bahasa Sunda secara teoretis di sekolah, tetapi juga menggunakannya dalam praktik sehari-hari. (kus)