RADARBANDUNG.id – 150 anggota keluarga kerajaan Arab Saudi terinfeksi virus Corona setelah enam pekan Saudi melaporkan kasus pertama virus. Mewabahnya Covid-19 ini memaksa Raja Salman mengkarantina diri di sebuah pulau.
Kabar penyebaran virus di dalam keluarga kerajaan pertama kali dilaporkan oleh New York Times pada 8 April 2020, mengutip sumber yang dekat dengan keluarga kerajaan.
Raja Salman, 84 tahun, telah mengasingkan diri di sebuah istana pulau dekat kota Jeddah di Laut Merah. Sementara Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putranya dan penguasa de facto yang berusia 34 tahun, telah mengisolasi diri dengan banyak para menterinya ke situs terpencil di pantai. Mereka telah berjanji untuk membangun kota futuristik yang dikenal sebagai Neom.
Penyebaran virus di kerajaan al-Saud menandakan bagaimana egalitarianisme pandemi bekerja. Virus Corona telah menginfeksi mulai dari kepala negara, pangeran terkaya, hingga pekerja migran termiskin tanpa diskriminasi.
Otoritas Saudi mulai membatasi perjalanan ke Arab Saudi dan menutup ibadah umrah ke tempat-tempat suci Muslim di Mekah dan Madinah, bahkan sebelum kerajaan melaporkan kasus pertamanya pada 2 Maret.
Pihak berwenang kini menutup semua perjalanan udara dan darat ke atau keluar dari perbatasannya dan antar provinsi.
Otoritas telah memberlakukan lockdown ketat 24 jam di kota-kota besar, yang hanya membolehkan warganya pergi ke toko kelontong atau toko obat terdekat.
Pemerintah kemungkinan juga akan membatalkan ibadah Haji tahunan yang dijadwalkan untuk musim panas ini. Ibadah Haji menarik 2,5 juta Muslim ke Mekah dan telah dilakukan setiap tahun tanpa gangguan sejak 1798 ketika Napoleon menyerbu Mesir.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, sejak laporan infeksi di dalam kerajaan telah melaporkan 41 kematian akibat virus Corona dan 2.795 kasus yang dikonfirmasi.
Jumlah infeksi selama beberapa minggu ke depan akan berkisar dari minimal 10.000 hingga maksimum 200.000, kata menteri kesehatan, Tawfiq al-Rabiah, menurut kantor berita resmi Saudi Press Agency.
Namun, tidak dapat dipastikan seberapa jauh virus itu sudah menyebar di dalam kerajaan. Seperti di banyak yurisdiksi, Arab Saudi hanya mampu melakukan pengujian terbatas, dengan laboratorium medis utamanya bekerja sepanjang waktu untuk mencoba memenuhi permintaan.
“Ini telah menjadi tantangan bagi semua orang, dan Arab Saudi tidak terkecuali,” Joanna Gaines, seorang ahli epidemiologi senior di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, yang bekerja dengan pemerintah Saudi sebagai bagian dari program pelatihan, ketika diwawancara New York Times di Riyadh.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Saudi di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.