News

Ceramah Rahmat Baequni Potensi Kubur Sejarah

Radar Bandung - 19/06/2019, 10:43 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi
- Rahmat Baequni -

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat sorot ceramah
Rahmat Baequni soal ‘cocokologi’ nama-nama pulau di Indonesia yang berdasarkan bahasa arab. Ceramah yang viral di lini media sosial (medos) itu dinilai berpotensi sebagai pengaburan sejrah.

Dalam video tersebut, Rahmat Baequni menyebut beberapa pulau di Indonesia, salah satunya Pulau Sumatera berasal dari kata Asyamatiro yang artinya mahkota. Tapi, menurut Rahmat, karena orang tidak bisa menyebut Syumatra sehingga menjadi Sumatera.

“Syamatir jadi Syumatra. Tapi karena orang Syumatra enggak bisa menyebut ‘sya’, jadi pake ‘sin, Sumatra. Jadi dari kata Asyamatiro, mahkota,” kata Baequni dalam vidio tersebut.

Dalam video itu juga Rahmat Baequni menyebut, Pulau Jawa berasal dari bahasa Arab: Al-Jawwu. Artinya, kata Rahmat Baequni, tempat yang tinggi dan dingin.

“Sementara (pulau) Kalimantan, tanah daratan yang memiliki rawa. (Berasal dari kata) Barna’un jadi Barna’u, Borneo,” ujar Rahmat Baequni.

Menanggapi video yang sedang viral itu, Sekertaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar mengatakan, Rahmat Baequni sepertinya memakai metode kira-kira nyata (kirata) atau cocoklogi agar bisa menjadi ideologi.

“Mendefinisikan sesuatu hanya berdasarkan kirata itu sebuah pengaburan, termasuk pengaburan sejarah nantinya,” ujar Rafani saat ditemui di kantor MUI Jawa Barat, Jalan LL RE Martadinata, Kota Bandung, Selasa (18/6/2019).

Menurutnya, jika melakukan pengaburan sejarah, artinya ada penghilangan sejarah, hal tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah dan secara faktual.

“Rahmat Baequni tidak bisa terus-terusan mendoktrin pemahaman masyarakat yang berdasarkan metodologi kirata,”ungkapnya.

Rafani menambahkan, sejarah Islam pertama itu masuk melalui Aceh, kemudian berdiri Kesultanan Samudra Pasai. Namun sebelum itu penduduk di Indonesia kebanyakan sudah beragama Hindu dan Budha.

“Islam itu itu datang setelah ada pengaruh Hindu, Budha. Kemudian dia mengatakan bahwa di Papua itu tadinya pengaruh Islam, dari mana sejarahnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Rafani mengatakan, pernyataan Rahmat Baequni dalam video tersebut bisa dibahas juga oleh akademisi ataupun sejarawan untuk memberikan kejelasan tentang sejarah awal nama-nama pulau.

“Sebab kalau dibiarkan nanti yang menerimanya kan orang-orang yang tidak paham, kalau aspek sejarah dikaburkan, eksistensi negara pun nanti akan digugat,”tuturnya.

Dengan demikian, Rafani mengimbau kepada masyarakat, semua penafsiran tentang agama Islam, harus berdasarkan kitab suci Al-Qur’an dan Hadits tidak bisa berdasarkan cocokologi.

“Menafsirkan agama tidak boleh liar. Soal terjadi perbedaan pendapat, ya asal itu ada dasarnya, mangga,”pungkasnya.

(azs)