News

Pengusaha Konveksi Gamis di Kab. Bandung Ketar-ketir Hadapi Corona

Radar Bandung - 06/05/2020, 03:31 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Pedagang Gamis tengah menunggu pembeli di Soreang, Rabu (5/5). (FIKRIYA ZULFAH/RADAR BANDUNG)

Pengusaha Konveksi Gamis di Kab. Bandung Ketar-ketir Hadapi Corona

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Di tengah bulan Ramadan, pengusaha konveksi gamis di Kabupaten Bandung turut terimbas pandemi Covid-19. Mereka kehilangan banyak konsumen.

Seorang pengusaha konveksi gamis, Pepey (22) mengungkapkan, saat ini dia tidak lagi bisa memproduksi gamis seperti tahun-tahun sebelumnya, meskipun saat memasuki bulan Ramadan.

Turunnya permintaan terhadap produk sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Sebelum pandemi, Pepey bersama pengusaha konvensi gamis lainnya di Kampung Gamis Kab. Bandung bisa memproduksi kerudung, baju muslim baik anak dan dewasa.

“Di Kampung Gamis ini ada 250 orang yang terkena dampak Covid 19. Penurunan pendapatannya mencapai 95 persen,” ungkap Pepey saat wawancara Radar Bandung di Soreang.

Produk gamis Pepey, banyak dipasarkan ke Tanah Abang Jakarta. Tetapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan saat pandemi membuat pendistribusian barang terhambat.

Baca Juga: Curhat Perajin di Sentra Peci Legendaris Kampung Langonsari Saat Ramadan Tahun Ini, Sedih!

Saat ini, Pepey hanya mengandalkan produksi dari pesanan. Jadi kalau tidak ada pesanan, praktis tidak ada produksi. Saat Ramadan pun hanya pelanggan tetapnya yang melakukan pemesanan seperti dari Jakarta dan Jawa.

Jumlah pemesanannya pun, sebut Pepey, tidak lebih dari 50 pcs dengan harga jual Rp65.000/pcs.

Baca Juga: Perajin Kain Sarung Majalaya Merugi Hingga Setop Produksi, Tak Kuat Dihajar Corona

“Kalau gamisnya di pasarkan ke wilayah Bandung hanya bisa menjual 1- 2 kodi. Sedangkan jika gamisnya dipasarkan ke wilayah Jakarta bisa menjual sampai 40 sampai 100 kodi,” lanjut Pepey.

Pepey berharap masyarakat yang bekerja dibidang konveksi bisa mendapat bantuan pemerintah.

Pepey mengaku memiliki 5 orang karyawan yang hanya dipekerjakan saat ada pesanan. Meskipun demikian, Pepey tetap berusaha memberikan THR untuk karyawannya, walaupun jumlahnya tidak seberapa.

“Dampak dari virus corona paling besar dirasakan pengusaha konveksi. Banyak karyawan konveksi yang terpaksa dirumahkan. Saya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada kami,” harapnya.

(fik/radarbandung.id)