News

Antara Kekhawatiran dan Harapan

Radar Bandung - 14/05/2020, 04:27 WIB
Ali Yusuf
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Antara Kekhawatiran dan Harapan

Antara Kekhawatiran dan Harapan

Oleh: Ust. Aep Saepullah Mubarok, Ketua IKA STAI Persis Bandung

HATI manusia itu tidak terlepas dari dua perasaan antara khawatir/cemas dan rasa senang penuh harapan kadang saling berganti. Baik dalam situasi terpuruk maupun dalam kondisi stabil.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah pernah mendefinisikan, siapa saja yang mengharapkan sesuatu, maka diisyaratkan adanya tiga hal: Pertama : Menyukai apa yang diharapkan. Kedua : Khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan. Ketiga : Berusaha keras untuk mendapatkannya.

Harapan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu disebut angan-angan. Harapan berbeda dengan angan-angan. Setiap orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Seorang yang berjalan di jalan raya bila merasa khawatir, ia akan mempercepat jalannya, takut kehilangan sesuatu.

Dalam Jami’nya, Tirmidzi mengutip hadis dari riwayat Abi Hurairah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. bersabda: Siapa yang merasa takut (khawatir), ia berangkat di waktu malam. Siapa yang berangkat pasti sampai ke rumah. Sungguh dagangan Allah itu mahal. Dagangan Allah itu adalah surga.”

Maksudnya, orang yang mengharapkan surga Allah haruslah melalui perjuangan seperti orang yang berjalan di waktu malam untuk sampai ke rumah.

Allah menjadikan harapan itu untuk orang-orang yang beramal saleh. Allah juga menjadikan rasa khawatir pada mereka, sehingga mereka mengetahui bahwa harapan dan rasa khawatir yang berguna ialah yang berhubungan dengan amal. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati hati karena takut ahan (adzab) Tuhan mereka , dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka dan orang-rang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu segera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS Al-Mu’minun : 57-61)

Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami`nya hadis yang bersumber dari Aisyah radhiallahu anha. Beliau berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat tersebut, ‘Apakah mereka itu orang yang meminum homr, berzina, dan mencuri? Beliau menjawab, “Bukan, wahai puteri as-Shiddiq. Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, namun mereka khawatir kalau amal yang mereka lakukan itu tidak diterima oleh Allah. Mereka itulah sebenarnya orang yang berlomba-lomba dalam barbuat amal kebajikan.”

Allah mensifati orang-orang yang bahagia dengan ihsan, ‘kebaikan dan khauf “kekhawatiran”. Sebaliknya, Allah justru memberi sifat orang jahat dengan keburukan dan rasa aman. Maksudnya, orang yang beramal kebaikan itu pasti bahagia, namun mereka tetap merasa khawatir, sedangkan orang-orang yang berbuat kejahatan pasti hina tetapi ia merasa aman.

Orang-orang yang merenungkan keadaan para sahabat tentu akan menemukan mereka dalam puncak amal dan puncak kekhawatiran, sedangkan kita semua berada pada posisi kekurangan, bahkan melampaui batas tetapi perasaan kita aman-aman saja. Duhai celaka! Mari kita ikuti kisah-kisah mereka. Abubakar Ash-Shiddiq radihallahu anhu.

Abubakar Ash-Shiddiq radihallahu anhu berkata, “Aku menginginkan diriku seperti sehelai rambut dibelah orang Mukmin.” Riwayat ini disebutkan oleh Imam Ahmad.

Diriwayatkan pula tentang Abu Bakar ash-Shiddiq memegang lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menyeretku ke tempat yang berbahaya.” Lalu Abubakar menangis seraya melanjutkan: “Menangislah, kalau tidak menangis, pura-pura menangislah.” Lalu ia berdiri shalat. Ia seperti sebuah tiang: tak bergerak karena takut kepada Allah SWT.

Saat membawa seekor burung, ia berkata “Tiada diburu dari seekor binatang buruan, dan tiada dipotong dari sebuah pohon kecuali hilang dengan tasbih.” Ketika mendekati saat-saat kematian ia berkata kepada Aisyah, “Wahai puteriku, sesungguhnya aku terkena harta orang-orang Islam dengan pakaian ini dan susu ini serta budak ini.

Maka, cepat-cepatlah pergi kepada Umar ibn Khathab.”Umar manjawab, “Demi Allah, aku ingin sekiranya aku menjadi pohon ini, yang dimakan dan dipangkas daunnya.” Qatadah berkata, “Telah sampai kepadaku kabar bahwa Abubakar berkata, ‘Seandainya aku menjadi sayuran hijau dan aku dimakan binatang….’” Umar ibn Khathab radihallahu anhu.


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.