Oleh: Ust. Aep Saepullah Mubarok, Ketua IKA STAIPI Bandung
HOAKS merupakan posting berita secara beruntun, sambung-menyambung satu sama lain share dan copas-copas yang belum tentu kebenarannya hanya rekayasa dan berita yang dikarang dan di buat -buat bertujuan untuk menebar isue dan menyebarkan kebohongan baik lisan maupun tulisan, berita yang belum tentu benar, lebih- lebih mengandung motiv provokasi yang akan menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kalau kita telusuri dalam kajian agama antara lain:
1. Ghibah ماهي، الغيبه؟ Apakah ghibah itu?
Dalam Hadits No. 1.524
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ: أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tahukah kalian apa itu ghibah.” Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: “Yaitu engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka.” Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: “Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan maka engkau telah mengumpatnya dan jika tidak ada maka engkau telah membuat kebohongan atasnya.” Riwayat Muslim.
Dalam kitab Ihya Ulumiddin dan Kimiya al-Sa’adah, Imam Ghazali menyatakan bahwa mengumpat (ghibah) merupakan kejahatan lidah yang terbesar. Untuk memperkuat pendapatnya, beliau mengutip hadits yang mengatakan bahwa perbuatan mengumpat itu lebih berat dosanya dari tiga puluh kali perbuatan zina. Mengapa? Karena dosa mengumpat hanya diampuni jika mau meminta maaf kepada orang yang diumpat.
Ghibah adalah dosa besar. Pelakunya diancam dengan siksa yang pedih. Pada saat Isra’ Mi’raj Nabi ditampakkan dengan sekelompok orang yang berkuku panjang dari tembaga dan mencakar sendiri wajah dan dada mereka. Ketika ditanyakan kepada Jibril, dijawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia yaitu ghibah, menjelek-jelekkan kehormatan orang lain.
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
Ketika aku Mi’raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku panjang dari tembaga yang mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku bertanya: Siapa mereka wahai Jibril. Jibril berkata: mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah), menjelek-jelekkan kehormatan mereka (H.R Abu Dawud, Ahmad, dishahihkan Syaikh al-Albany.
Mengumpat atau menggunjing menurut Al-Ghazali ialah seseorang menceritakan kekurangan orang lain, yang kemungkinan orang yang dibicarakan tersebut tidak suka jika mengetahui atau mendengarkan bahwa kekurangannya dibeberkan kepada orang lain. Meskipun apa yang dikatakan tersebut sungguh benar adanya. Adapun jika mengatakan kekurangan orang lain yang tidak sesuai dengan kenyataan orang yang dibicarakan disebut dengan fitnah (buhtan).