News

Nilai Tukar Petani Turun jadi Indikator Kinerja Kementan yang Perlu Ditingkatkan

Radar Bandung - 06/06/2020, 16:19 WIB
ilustrasi : Lahan pertanian. (Dok. JawaPos.com)

RADARBANDUNG.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian yang cukup mengalami penurunan signifikan. Sub sektor tanaman pangan turun sebesar 0,54 persen dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,30 persen. Hal ini menjadi indikator kinerja dari Menteri Pertanian (Mentan) harus terus ditingkatkan karena belum maksimal.

Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) ini dikarenakan adanya penurunan harga di beberapa komoditas. Anggota Komisi IV Darori Wonodipuro meminta Kementerian Pertanian segera mengevaluasi kinerjanya.

“Kemarin waktu pembahasan anggaran alot. Yang paling lama, apa yang diinginkan kurang tanggap. Hingga rapatnya sampai 8 kali. Sedangkan dengan KKP dan kehutanan 3 kali sudah selesai,” kata Darori kepada wartawan, Jumat (5/6/2020).

Ia menyarankan, pihak kementerian pertanian terus menjaring aspirasi petani sebagai landasan dari kebijakan yang akan diambil. Ia mencontohkan saat petani di Temanggung sedang panen bawang putih, mereka kebingungan karena di saat yang sama, pemerintah mengimpor dari China.

Ketua Asosiasi Hortikultura Indonesia, Anton Muslim Arbi menyebut, turunnya harga komoditas harus segera dievaluasi. Seperti, ada penandatanganan bilateral dan multilateral dengan ASEAN, perdagangan bebas.

“Kemudian memang menjadi persoalan yang mana belakangan ini sebagaimana yangg dibicarakan Faisal Basri sebagai pengamat ekonom senior, bahwa kita menerima atau misalnya melakukan impor produk pertanian mencapai Rp30 triliun. Ini kan suatu angka yang luar biasa besar,” katanya.

Artinya, dengan jumlah rakyat Indonesia tentunya kebutuhan konsumsi pertanian besar. Namun, komoditas didatangkan dari China. Sempat, pemerintah melakukan swasembada bawang putih. Namun, saat ini tidak lagi oleh Mentan Yasin Limpo.

Di lain pihak, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan upaya penanganan pangan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi New Normal. Adapun, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102,09 poin.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menerangkan strategi pertama yaitu agenda SOS, atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu. Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah.

Dia menegaskan, penurunan NTP bukan disebabkan oleh hasil produksi petani tidak akurat namun karena dampak Covid-19 yang menyebabkan pelambatan transportasi, distribusi, dan pembatasan berbagai akselerasi kemasyarakatan (PSBB).

Karena adanya berbagai pembatasan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan dan harus ada solusi penyikapan yaitu membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan, lalu pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, menjaga stabilitas harga.

Strategi kedua agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agrikultur agar tidak memecat karyawannya. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditi tetap berjalan.Ada juga agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian. (dbs)