Kisah Kelam Sara Wijayanto, Pakai Heroin dan Kokain dari Umur 16 Tahun, Disiksa Pacar Bertahun-tahun, Sampai Akhirnya…
RADARBANDUNG.id- NAMA Sara Wijayanto tersohor karena kemampuannya melihat dunia lain (sixth sense) yang membuatnya bisa berinteraksi dengan mahluk gaib. Di balik itu, istri pesulap Demian Aditya memiliki masa lalu kelam yang sulit baginya dilupakan.
Baca Juga: New Normal di Upnormal
Pun demikian, seiring waktu Sara telah berdamai dengan hal-hal buruk yang pernah jadi pilihannya yaitu narkoba hingga kekasih yang psikopat. Kini, dia mampu menceritakannya dengan lepas demi pelajaran bagi kaum muda.
Sara mengibaratkan masa kelam itu bak neraka. “Neraka kayak di bumi tapi itu pilihanku juga,” ujarnya mengawali perbincangan yang tayang di Podcast Deddt Corbuzier, Kamis (11/6/2020).
Baca Juga: Cerita Pembalap Cantik Banting Setir Jadi Bintang Film Dewasa
Dia mengungkapkan menggunakan narkoba mulai umur 16 tahun. Tak tanggung-tanggung jenisnya berat dari heroin, ekstasi, kristal mhet bahkan kokain.
Lingkungan pergaulannya yang membuatnya terjerumus dimana tahun 1990-an dikatakannya hampir semua orang menggunakan narkoba jenis itu.
“Ada yang isap, suntik, aku separah itu. Awalnya aku enggak tahu, lama-lama ketagihan. Beberapa kali gua dibawa ke dokter, direhab, sampai akhirnya sembuh dari heroin. Aku sembuh di rumah tanpa dokter. Ketemu lagi kristal mhet tenggelam lagi,” jelasnya.
Baca Juga: Risiko Dibalik Seks sebelum Menikah, Ngeri Juga
Saat terpuruk itu lagi, Sara bertemu dengan seorang cowok yang membawa semakin mendalami gelapnya dunia. Keduanya kerap menggunakan narkoba sama hingga dia mengalami kekerasan.
“Akhirnya pacaran sama ini orang. Dua tahun pertama oke, on and off (pakai narkoba). Tahun ketiga, mulai pertama kali dia meledak. Dia pecahin botol, aku dicekik, pecahan botol itu mau ditusuk ke aku. (Cowoknya bilang), kalau sampai lu keluar air mata gua tusuk,” kenangnya.
Baca Juga: 5 Jenis Barang Ini Ternyata ‘Haram’ untuk Kado, tapi Masih Banyak yang Berikan pada Orang Terdekat
Kala itu, Sara kaget dan baru paham dengan siapa dia selama ini berpacaran. “Yang tadinya selama dua tahun aku kenal dia enggak gitu, syok, pengen nangis tapi takut,” jelasnya.
Mirisnya, setelah kekerasan itu, Sara masih bertahan tiga tahun lagi dengan pria itu. Tiap kali disiksa, Sara selalu meyakinkan dirinya si cowok bakal berubah, dan dia tak menyadari harapan itu semua semu, kekerasan makin sering menimpanya.
Baca Juga: Kebahagiaan Faktanya Memang Bisa Dibeli dengan Uang, Setuju?
“Ada momen aku enggak make (narkoba) aku stop. Tapi ya itu, selalu ada harapan di itu, aku tanya cinta, dia enggak seperti sebenarnya, akhirnya terus terjadi. Sampai suatu hari ada momen aku selalu berdoa, dan setiap kali mau minta putus, pasti dia marah. Itu yang aku takut. Aku seperti di-brainwash (dicuci otak). ‘Kalau lu cerita ini ke orang-orang gue akan cari keluarga lu gue bunu’,” ungkapnya mengulang perkataan sang kekasih saat itu.
Dijelaskan Sara penyiksaan yang dialaminya bukan hanya fisik tapi juga mental abuse. “Dia selalu bilang ‘lu itu jelek, elu ngaca deh lu tuh kayak laki-laki, enggak akan ada laki-laki yang mau sama elu’,” sebutnya.
Untuk kekerasan fisik, Sara mengaku ditendang, ditonjok. Bahkan wajahnya acap kali sudah penuh dengan lembam dan bengkak.
“Dia selalu suka mukul di belakang (kepala), nendang di bagian perut. Sampai aku ingat disiram pakai alkohol, ‘Kalau lu teriak aku bakar’. Sampai ada juga peniti ditusuk-tusuk ke aku aku, sampai ada momen aku jatuh diam supaya dia berhenti mukulin,” ungkapnya.
Lalu apa yang membuatnya terus bertahan? “Aku takut karena sakit, setelah itu dia minta maaf nangis-nangis. Siklusnya kaya lingkaran setan, manusia lebih mengerikan daripada setan. Ada momen saat aku dicekik, enggak tahu lagi sampai aku bilang ‘Tuhan kalau mau ambil aku, ambil deh’. Pada saat itu aku berusaha menyudahi, enggak bisa, akhirnya dengan kekerasan lagi,” ujarnya.
Sara Wijayanto akhirnya sangat bersyukur bisa keluar dan terlepas dari sosok kekasihnya masa lampaunya itu.
Dia mengenang momen semua itu berawal dari penggerebekan rumah sang kekasih oleh aparat kepolisian, dimana dia juga ada saat itu. “Entah mengapa satu hari rumah itu gerebek. Karena dia target operasi narkoba. Pada saat itu aku ditangkap juga. Tapi aku dipisahin (pemeriksaannya) sama kepala polisi,” katanya.