RADARBANDUNG,id, BANDUNG – Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Terima Rorongsokan Istimewa (Terorist) Jawa Barat, Tatan Sophian, merasa prihatin dengan cara belajar mengajar yang digunakan pemerintah dengan cara dalam jaringan (daring) yakni siswa belajar di rumah dengan jarak jauh via internet.
Pembelajaran daring tersebut , menurut Tatan, bukan menjadi kepintaran bagi siswanya itu sendiri, tapi membuat kebodohan.
“Karena siswa bukan menjadi pintar dan cerdas untuk menjawab pertanyaan guru-gurunya, tapi mereka banyak yang membuka google mencari jawaban-jawabannya,” ujar Tatan saat ditemui di Bandung, Sabtu (24/10/2020).
Disisi lain yang merugikan orang tua dengan adanya pembelajaran daring tersebut, terkait pembelilian quota, yang diduga tidak merata pembagiannya, dari pemerintah.
“Orang tua dalam per bulannya harus membeli quota internet sampai Rp 400 ribu, bahkan sampai dengan Rp 1,5 juta, bagi masyarakat yang mampu itu tidak jadi masalah, tapi bagi saya kaum marjinal, merupakan beban berat,” katanya.
Tatan mengharapkan kepada pemerintah, karena Covid-19 hal ini menjadi dilema bagi masyarakat masalah pendidikan, menjadi beban orang tua untuk menyikapinya.
“Kalau orang mampu, anaknya beli HP, tidak masalah, tapi kami kaum marjinal, jangankan untuk beli HP, untuk makan sehari-hari saja begitu sulit, sampai mengusahakan untuk ngutang buat beli HP, untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar mengajar,” keluh Tatan.
Tatan akui, pandemi Covid-19 memang jadi momok yang menakutkan bagi bangsa Indonesia, namun kata Tatan, takutnya pandemi Covid-19, masyarakat makin percaya diri, karena urusan perut, mereka banyak yang keluar rumah untuk mencari rezeki untuk menghidupi keluarganya.
“Seperti anak-anak pengamen, di setopan Pasirkoja, pukul 22.00 WIB mereka masih berkeliaran tanpa masker, tapi mereka sehat-sehat saja, bahkan saya pekerjaannya berkecimpung dalam bidang sampah, sudah 40 tahun, saya dan anak buah saya sehat-sehat saja,” jelasnya.
Di samping itu, tambah Tatan, sungguh disayangkan sekolah-sekolah yang sudah dibangun dengan uang negara, sepi seperti sarang hantu. “Sampai kapan anak-anak kita harus belajar di rumah terus? Kalau menunggu Covid-19 berlalu dari muka bumi ini?,” tanya Tatan.
Sebelumnya, pemerintah menjelaskan masalah belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 tidak hanya daring saja yang diajukan pada masyarakat, semua ada tiga opsi, seperti Dalam Jaringan (Daring), Luar Jaringan (Luring) dan Kombinasi.
Bardasarkan kebijakan empat Menteri yang terdiri dari Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Sosial, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, belajar mengajar tidak hanya daring, saja tapi ada juga opsi Luar Jaringan (Luring) dan kombinasi
(azm/radarbandung.id)