RADARBANDUNG.id – WARGA lereng Gunung Semeru Kab. Lumajang, Jawa Timur, mulai bergerak menuju ke tempat pengungsian. Mereka menghindari guguran lava pijar dari gunung api tersebut.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq bersama rombongan pejabat pemerintah menuju ke lokasi pengungsian di lereng Gunung Semeru untuk memantau kondisi warga yang mengungsi.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Wawan Hadi Siswoyo seperti dilansir dari Antara di Lumajang mengatakan, sebagian warga sempat mengungsi di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Gunung Sawur.
”Beberapa pengungsian sempat tersebar di beberapa lokasi, namun pagi ini (1/12), kami akan fokuskan di satu tempat untuk memudahkan penanganan,” kata Wawan Hadi Siswoyo, Selasa (1/12).
BPBD, menurutnya, akan mendirikan posko pengungsian dan dapur umum di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, untuk menampung warga yang permukimannya terdampak guguran lava pijar Gunung Semeru.
”Untuk jumlah pastinya, kami masih melakukan asesmen di lapangan, keselamatan warga prioritas utama,” terang Wawan Hadi Siswoyo ketika ditanya mengenai jumlah warga yang sudah mengungsi.
Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mpdl) pada perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, meluncurkan guguran lava pijar sebanyak empat kali.
Hal itu diketahui berdasar laporan pengamatan petugas PPGA Semeru yang diterima BPBD Lumajang.
”Guguran lava pijar dari puncak Gunung Semeru terjadi pada Jumat (27/11) malam,” kata Wawan.
Berdasar laporan yang diterima BPBD Lumajang menyebutkan terjadi guguran lava pijar sebanyak empat kali dengan jarak luncur sejauh 200–300 meter ke arah Besuk Kobokan pada periode pengamatan 27 November pukul 00.00 hingga 24.00 WIB.
”Jarak luncur guguran lava pijar tersebut sangat jauh dari permukiman warga, sehingga hanya terlihat sinar api dari kejauhan. Warga tetap tenang karena hal tersebut merupakan aktivitas rutin gunung berapi yang aktif,” tutur Wawan.
Aktivitas Gunung Semeru pada pengamatan Jumat (27/11) selama 24 jam tercatat mengalami gempa letusan sebanyak dua kali dengan amplitudo 10–16 mm berdurasi 50–82 detik, kemudian gempa guguran sebanyak tiga kali dengan amplitudo 2–6 mm selama 57–83 detik.
Selain itu, hembusan sebanyak tujuh kali dengan amplitudo 3–7 mm selama 42–84 detik, gempa tektonik lokal sebanyak satu kali dengan amplitudo 30 mm, dan gempa tektonik jauh sebanyak tiga kali dengan amplitudo 7–14 mm.
Wawan menjelaskan, Gunung Semeru masih dalam status waspada atau level II, sehingga masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas dalam radius 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jonggring Seloko) sebagai alur luncuran awan panas.
”Kami imbau masyarakat juga mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Seloko dan mematuhi rekomendasi PVMBG seiring dengan Gunung Semeru statusnya waspada,” terang Wawan.
(jpc)