RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar telah melayangkan surat peringatan terhadap sejumlah daerah rawan bencana.
Kepala daerah lima kabupaten dan kota diminta untuk siaga.
Hal ini menyusul prediksi cuaca ekstrem yang akan terjadi pada pekan ini,
“Berdasarkan informasi BMKG di daerah itu berpotensi terjadi hujan yang cukup tinggi hingga 6 Februari nanti. Oleh sebab itu, kami sudah mengirim surat agar daerah itu siaga, mengantisipasi bencana hidrometeorologi,” kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Jabar, Dani Ramdan, Kamis (4/2).
Kendati demikian, BPBD Jabar tidak secara makro mengeluarkan travel warning atau peringatan perjalanan kepada masyarakat.
Dani menegaskan, pihaknya hanya mengirim peringatan terfokus ke lima daerah risiko bencana tinggi, yakni Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok.
“Jadi tidak secara makro atau kepada seluruh masyarakat Jawa Barat peringatan itu kami tujukan, tetapi hanya kepada pemerintah daerah yang dipandang berisiko tinggi,” katanya.
Namun, masyarakat tetap diimbau tetap waspada, terutama bagi mereka yang melakukan perjalanan dan wisata.
Adapun, mengenai kesiapan alat berat untuk penanganan bencana, ia katakan, alat berat milik Dinas PU sudah siaga pada daerah masing-masing, sudah siap digunakan.
“BPBD Jabar sudah berkoordinasi dengan daerah terutama Dinas PU masing-masing agar menyiagakan alat berat sampai bulan Mei nanti, termasuk kesiagaan pada kawasan wisata alam” ujarnya.
Selain itu, Dani juga menyampaikan keterangan terkait hasil evaluasi kerugian longsor Desa Cihanjuang, Kabupaten Sumedang, pada 9 Januari lalu.
Tercatat, dari kerusakan yang terjadi dibutuhkan pembenahan infrastruktur dan lain-lain dengan total anggaran Rp 158 miliar.
Rinciannya, alokasi untuk permukiman sebesar Rp 79, 9 miliar, Infrastruktur Rp 53,1 miliar, ekonomi produktif Rp 8,55 miliar, sosial Rp 2,9 miliar dan lintas sektor Rp 13,5 miliar.
Longsor tersebut, lanjut Dani, menyebabkan sekitar 26 unit rumah rusak berat, 3 rumah rusak sedang, 103 rumah terancam rusak dan satu masjid rusak.
Ribuan warga pun mengungsi pada tiga titik fasilitas pengungsian, sebagian lagi ada yang memilih untuk tinggal pada tempat saudara.
“Total pengungsi tiga titik pengungsian itu ada 314 KK atau 1.126 jiwa,” katanya.
Dani melanjutkan, pihaknya menyiapkan skenario relokasi pemukiman warga setelah kajian komprehensif, termasuk rekomendasi dari perguruan tinggi dan lembaga PVMBG.
Antara lain, membangun hunian baru di tanah kas Desa Tegalmanggung. Namun, wilayah itu bisa memakan waktu lebih dari satu tahun karena lahannya harus dilakukan pembebasan, belum lagi membangun fasilitas umum.
Skenario kedua, pembangunan Perumahan El Hago yang sudah siap bangun tanpa harus melakukan pembebasan lahan. Estimasi pembangunan bisa lebih cepat, sekira dua bulan.
“(Skenario) yang pertama kurang diminati. Nah (skenario) yang kedua ini kan komplek perumahan jadi sudah terbangun. Relokasi ke perumahan ini diminati warga. Kebutuhan anggarannya sekitar Rp 19,7 miliar,” pungkasnya.
(muh)